Senin, 13 November 2017

Tekad Guru Dalam Mencerdaskan Murid SDN 03 Pucanglaban
Oleh: Umi Saniyatul Isro’iyah

Fakta kehidupan yang perlu diungkap bukan hanya sekedar informasi yang bersumber dari pejabat, artis, ataupun orang-orang pemegang publik. Akan tetapi, juga bisa didapat dari sebuah jalan kehidupan yang dititi secara kasar, susah bahkan menyiksa, yang bersumber dari para pejuang di luar sana. Kehidupan luar biasa yang dijalani semua orang sebenarnya patut untuk dibahas sebagai bahan motivasi dan pengetahuan bagi orang lain. Supaya segala sesuatu yang di luar persepsi orang, juga menjadi sebuah persepsi baru yang memunculkan sebuah pengetahuan lebih besar bagi setiap manusia yang lainnya. Para pejuang yang dimaksud di sini adalah mereka-mereka yang berjuang untuk memerdekakan hidupnya, mereka-mereka yang berusaha memerdekaan hidup keluarganya dan juga mereka-mereka yang berjuang untuk memerdekakan orang lain. Suatu kemuliaan yang diberikan Tuhan kepada seluruh makhluknya yang memiliki hati nurani sehingga dapat berfikir positif akan perjuangan yang akan dilaluinya. Setiap manusia tidak dapat menentukan apa yang akan dijalaninya kecuali adalah kehendak Tuhan. Manusia hanya bisa berusaha dengan sekuat tenaga, berdoa dengan ketulusan dan lapang dada atas apa yang akan diberikan tuhan pada akhirnya terhadap upaya yang telah dijalani. Seperti sebuah perjuangan beberapa guru dan staff SDN 03 Pucanglaban Tulungagung Jawa Timur ini.
Sebagai wilayah yang secara geografisnya terletak di pesisir selatan provinsi Jawa Timur, Tulungagung masih memiliki wilayah yang termasuk bagian dalam (wilayah yang jauh dari kehidupan kota), yaitu termasuk wilayah kecamatan Pucanglaban ini. SDN 03 Pucanglaban yang dimaksud adalah Sekolah Dasar yang terletak di desa Pucanglaban, kecamatan Pucanglaban kabupaten Tulungagung. Secara fisik kecamatan Pucanglaban ini sudah memiliki akses perjalanan yang bagus dan mudah dijangkau karena jalanannya sudah diaspal secara menyeluruh. Rumah-rumah warga di sekitar Pucanglaban juga sudah seperti rumah-rumah di daerah kota, sudah berdiri kokoh dengan style yang bagus pula. Rata-rata penduduknya merupakan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan juga pekerja luar daerah. Banyak penduduk kelahiran tanah ini merantau ke kota-kota untuk mencari pekerjaan. Bahkan para anak-anak kecil di sana banyak yang di asuh oleh neneknya karena orang tuanya sedang merantau mencari rupiah untuk keluarganya. Di daerah ini profesi yang digeluti masyarakatnya, mayoritas adalah sebagai Petani dan Nelayan. Sehingga sumber daya manusia dan tingkat pendidikan di Pucanglaban ini masih sangat rendah. Banyak pandangan dari mereka suatu saat orang yang tinggal di daerah sini pasti akan menjadi Petani atau pun Nelayan seperti pekerjaan orang tuanya. Fenomena ini menjadi tantangan bagi para pengajar Sekolah Dasar di wilayah Pucanglaban, termasuk para pengajar di SDN 03 Pucanglaban ini. Karena rata-rata tenaga pegajar di wilayah Pucanglaban ini berasal dari daerah-daerah lain yang sangat jauh.
Di desa Pucanglaban sendiri memiliki 5 Sekolah Dasar yang dinaungi oleh UPT Pendidikan setempat. Dari ke-5 Sekolah Dasar tersebut, SDN 03 Pucanglaban merupakan salah satu Sekolah Dasar yang berusaha mengantarkan muridnya untuk menjadi manusia yang hebat dan tidak terkungkung oleh kehidupan yang ada disekitarnya saja. Sekolah ini berusaha mengajarkan pengetahuan-pengetahuan yang memang harus didapat oleh anak-anak masa kini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengantarkan anak didik yang sudah lulus untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Mungkin hal ini akan menjadi biasa bagi kita yang terbiasa hidup diluar daerah ini, tapi tidak untuk daerah Pucanglaban ini. Kebanyakan dari masyarakat Pucanglaban, menganggap bahwa setelah menempuh pendidikan dasar sudah tidak perlu lagi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena mereka menganggap dirinya hanya akan menjadi apa yang seperti mereka lihat. Persepsi inilah yang terjadi di daerah Pucanglaban saat ini, padahal di luar sana kehidupan sudah berjalan sesuai dengan peradaban yang ada. Bukankah fenomena ini perlu diperhatikan oleh banyak pihak dari luaran sana?  Supaya perspektif yang seperti ini bisa berubah. Akan tetapi, upaya untuk memberikan persepsi yang seperti ini tidaklah mudah, karena dari orang tua murid sendiri tidak memiliki pemikiran seperti apa yang diharapkan oleh guru-gurunya. Mungkin untuk membujuk seorang anak adalah hal yang mudah, tapi kalau sudah berhadapan dengan orang tuanya akan menjadi hal sulit. Mau bagaimana lagi? lawong orang tuanya saja tidak mau membiayai anaknya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, bagimana guru harus bertindak kalau hal seperti ini sudah terjadi?. Sebenarnya orang tua dari murid-murid ini bukan tidak mau dan tidak mampu untuk membiayai anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah, akan tetapi belum adanya pola pikir yang luas dan belum memiliki kesadaran bahwa pendidikan itu penting, karena bagi mereka yang terpenting adalah mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Dalam menumbuhkan sikap sadar orang tua terhadap pendidikan anaknya peran guru dari SDN 03 Pucanglaban 3 ini sangat kuat. Para guru berusaha memberikan pengetahuan-pengetahuan akan pentingnya pendidikan supaya mereka mau menyekolahkan anaknya lagi ke jenjang yang lebih tinggi. Upaya yang dilakukan tidak hanya menceramahi murid-muridnya dan orang tuanya di sekolah. Akan tetapi juga dilakukan secara face to face dengan mendatangi satu per satu rumah muridnya. Hal ini terjadi di sekitar tahun 2000–2011 an, menurut pengakuan salah satu tenaga pengajar di sana, “kok mau diceramahi di sekolah to mbak, lawong wali murid sini itu loh nggak tau sama yang namanya undangan pertemuan orang tua itu apa?, ya upaya yang paling efektif adalah bertamu satu per satu itu tadi. Meskipun hasih yang didapatkan tidak dapat maksimal seperti apa yang kita harapkan secara keseluruhan. Memang ada beberapa orang tua yang memahami lalu menyadari betapa pentingnya pendidikan lanjutan bagi anaknya sehingga mau untuk membiayai anaknya untuk melanjutkan lagi, namun ada pula yang tidak paham sama sekali dan tetap bersikeras untuk mengajak anaknya tetap bekerja”. Ya memang seperti itu kenyataannya kehidupan di daerah Pucanglaban ini,
Namun, semangat para guru dalam membimbing anak-anak cerdas penerus bangsa dari daerah ini supaya melanjutkan study tidak pernah luntur. Hal ini terus dan terus di lakukan setiap tahun disaat musim lulusan. Guru-guru selalu telaten melakukan kunjungan kerumah-rumah muridnya. Pada saat ini manfaat tersebut sudah bisa dirasakan oleh guru-guru karena tingkat keinginan siswa SDN 03 Pucanglaban dan kesadaran orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang selanjutnya meningkat hampir 100%. Dari banyaknya anak yang lulus hanya sekitar satu atau dua anak yang tidak melanjutkan, bahkan saat ini sudah jarang siswa yang tidak melanjutkan. Para guru SDN 03 Pucanglaban menganggap hal ini sudah menjadi apresiasi yang berharga atas upaya yang dilakukannya. Niatnya hanyalah ikhlas mengajar, mendidik dan memberikan pengetahuan yang luas. Hal ini dibuktikan sampai saat ini guru-guru di sekolah ini mampu bertahan bahkan sampai bertahun-tahun mengabdikan dirinya di sekolah ini sampai mereka menjadi PNS dan tenaga pengajar tetap, meskipun jangkauan perjalanan yang harus dicapai sangat jauh dengan rute perjalanan yang dirasa juga memiliki tingkat bahaya yang lumayan tinggi.
Pengorbanan para guru yang tak ternilai lagi adalah saat diketahui bahwa jumlah murid dari SDN 03 Pucanglaban sangatlah sedikit dibandingkan dengan sekolahan-sekolahan yang ada pada saat ini. Sekolahan ini hanya memiliki 55 murid dari kelas 1 sampai kelas 6. Suatu apresiasi lagi yang patut diberikan kepada para pengajarnya yang berkenan dengan tekun mengajari para murid-murid di sekolahan ini meskipun dengan jumlah murid yang sekian dengan jangkauan perjalanan mengajar yang sangat jauh. Hal ini juga tidak pernah mematahkan semangat para guru untuk tetap mengabdi pada sekolahan ini. Jumlah murid secara jelas dari kelas 1 terdiri dari 5 laki-laki dan 2 permpuan, kelas 2 terdiri dari 2 laki-laki dan 4 perempuan, kelas 3 terdiri dari 9 laki-laki dan 3 perempuan, kelas 4 terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan, kelas 5 terdiri dari 8 laki-laki dan 4 perempuan dan kelas 6 terdiri dari 6 laki-laki dan 7 perempuan, sehingga total keseluruhannya ada 57 siswa. Dari semua murid yang ada sekolahan ini mula-mulanya hanya memiliki 6 ruangan saja, yang pada akhirnya satu ruang digunakan sebagai ruang guru, kepala sekolah, staf yang dijadikan satu. Sangat berbeda dari fenomena sekolahan di daerah luar yang sering kita lihat. Tapi keyataannya hal ini tidak pernah menjadi pengganggu para guru dan murid dalam melakukan aktifitas belajar mengajar. Disekitar tahun 2013, para guru dan staf mengajukan dana pembangunan kepada pemerintah untuk menambah satu kelas lagi dan membangun ruang perpustakaan dengan tujuan supaya infrastruktur sekolah terpenuhi sehingga menjadikan sebuah kenyamanan dalam proses belajar mengajar.
Proses pengajuan dana tersebut membuahkan hasil sehingga para guru dan staf sangat senang. Meskipun sebenarnya ada sedikit kekecewaan, karena hanya pembangunan ruang perpustakaan saja yang di realisasikan, 1 ruang kelas yang diminta belum direalisasikan  dan  ruang perpustakaan yang sudah berdiri kokoh pun belum ada isinya sampai sekarang. Sangat memprihatinkan jika pada kenyataannya bangunan perpustakaan yang megah belum ada isinya, masih ada beberapa buku yang sesungguhnya sudah tidak pantas untuk dipakai saat ini. Tidak adanya penunjang pengetahuan di SDN 03 Pucanglaban ini juga membuat perjuangan para tenaga pengajar lebih ekstra, para guru harus lebih giat memberikan asupan pengetahuan dari objek lain, para guru harus mencarikan referensi bahan belajar dengan menggunakan tenaga pribadinya di luar jam mengajar. Dengan kekurangannya referensi bahan mengajar ini, juga menjadikan anak didik minim pengetahuan dan sulitnya mengajari mereka untuk gemar membaca. Hal ini menjadi PR lagi bagi para guru-gurunya. Dengan mengatahui hal ini guru di SDN 03 Pucanglaban juga harus memiliki trik supaya anak didiknya suka membaca demi bertambahnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Apalagi di daerah Pucanglaban sendiri belum ada toko buku yang menjual buku-buku pengetahuan seperti Toga Mas, Gramedia dll.
Menurut bu miyem salah satu tenaga pengajar di sana, anak-anak di daerah Pucanglaban ini sebenarnya memiliki tingkat kecerdasan yang sama dengan anak-anak di kota. Namun, bedanya fasilitas dan peradaban yang ada menjadikan anak di daerah Pucanglaban masih sangat ketinggalan dengan anak-anak yang sekolah di daerah luar atau kota. Maka dari itu sangat dibutuhkan sebuah perhatian dari luar sana untuk sekolah-sekolah yang ada di dalam seperti ini. Fasilitas yang seadanya bagi tenaga pengajar dan staff di SDN 03 Pucanglaban ini sudah menjadi maklum. Sejumlah fasilitas yang belum ada di SDN 03 Pucanglaban salah satunya adalah SDN 03 Pucanglaban ini belum memiliki fasilitas MCK yang memadai, jadi dalam mengajarkan kebersihan diri dan merawat MCK  juga belum dapat terealisasikan untuk para muridnya. Hal ini jugalah yang menjadi salah satu faktor ketertinggalan anak Pucanglaban dengan anak-anak yang ada di kota. Pada umumnya kebersihan MCK dalam kehidupan sehari-hari adalah mencerminkan kehidupan yang sehat dan indah. Maka dirasa sebenarnya hal ini patut diajarkan, tapi apalah daya fasilitas yang ada tidak dapat digunakan sebagai sarana.
Tidak di sini saja perjuangan yang dilakukan oleh tenaga pengajar di SDN 03 Pucanglaban, dalam membentuk karakter kedisiplinan siswa di daerah dalam ini, merupakan hal yang sangat sulit, ujar salah satu guru yang ada di SD ini. pembelajran efektif yang diterapkan diseluruh kabupaten Tulungagung adalah dimulai pada pukul 07.00-12.00 WIB. Namun di SDN 03 Pucanglaban ini sangat sulit menerapkan praktek dalam hal ini, kesadaran dari orang tua murid-murid untuk menerapkan pemberangkatan sekolah dipagi hari belum ada. Rata-rata mereka pergi ke sekolah pukul 07.00 lebih, dan masuk kelas sekitar pukul 07.30, padahal guru yang mengajar sudah ada di sekolahan. Sampai saat ini kasus ini masih sangat sulit dikondisikan. Mereka akan berangkat sekolah pagi-pagi sekali saat hari senin saja, karena mereka harus melakukan upacara bendera, namun dihari lain mereka masih terlambat datang ke sekolah. Setiap hari selama bertahun-tahun semua tenaga pengajar di sekolah ini berusaha memberi peringatan dan memberikan pengetahuan kepada orang tuanya untuk tidak datang terlambat ke sekolah, tapi apa hasilnya? sampai sekarang masih belum bisa terlaksana dengan tertib. Dengan jumlah murid yang bisa dibilang sedikit, untuk mengkondisikan hal tersebut saja sangat susah. Kesabaran yang mana lagi yang diberikan para tenaga pengajar SD tersebut pada murid-muridnya. Suatu kemuliaan yang tiada tara di saat yang sekarang dunia sudah ada digenggaman namun, di tempat ini peradaban masih jauh untuk di tarik.
Proses yang perlu diapresiasi terhadap semua tenaga pengajar di SDN 03 Pucanglaban ini seharusnya sudah sangat banyak. Akan tetapi mereka tidak pernah mengharapkan apa-apa melainkan harapan akan adanya sumbangsih dari luar untuk memberikan motivasi kepada anak-anak yang ada di sekolah. Sumbangsih tersebut tidak harus secara formal dan mengikat akan tetapi sumbangsih yang diberikan dapat bersifat resmi dengan aspek memberikan motivasi terhadap tingkat belajar anak. Karena hal ini dirasa salah satu cara yang mampu memotivasi anak didik supaya mau melanjutkan sekolahnya lagi. Contoh kecil sumbangsih yang dimaksud adalah seperti kegiatan-kegiatan KKN atau PPL dari berbagai kampus yang ada di Indonesia. Ternayata kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh beberapa kampus dalam mengirimkan mahasiswanya ke tempat-tempat dalam seperti ini mampu memberikan sebuah motivasi tinggi dan membuka pandangan masyarakat dalam melihat pentingnya sebuah pendidikan bagi anaknya. Hal ini juga akan memberikan rasa lega pada guru-guru yang telah berujuang dalam kenyataan yang serba terbatas dan serba jauh dari peradaban luar. Sehingga rasa capek dan dan bosan yang dirasakan dapat terobati. Guru akan merasa bangga dan senang jikalau murid-muridnya bisa menjadi orang yang sukses dan menjadi orang ngerti di luar sana.

3 komentar: