Senin, 13 November 2017

Nuansa Alam Pucanglaban yang Indah
Oleh: Umi Saniyatul Isro’iyah

Minggu, 12 November 2017 menjadi suatu keistimewaan bagi saya untuk membantu relawan-relawan Kelas Insipirasi berjuang demi Indonesia. Pasalnya pada hari itu, di Tulungagung akan melaksanakan kegiatan hari Inspirasi yang diadakan oleh Kelas Inspirasi Tulungagung. Sebenarnya saya bukan relawan di kelas inspirasi ini, melainkan fasilitator yang akan membantu para relawan untuk menginspirasi adik-adik yang ada di sana. Kegiatan hari Inspirasi dilaksanakan pada Senin, 13 November 2017. Akan tetapi, dikarenakan perjalanan menuju tempat inspirasi lumayan jauh yaitu di daerah kecamatan Pucanglaban, maka saya memutuskan untuk  berangkat mengantar para relawan kelas inspirsi sebelum hari inspirasi serta untuk melakukan travelling di Pucanglaban.
Tepatnya saya berangkat ke Pucanglaban pada sore hari bersama dengan rombongan yang akan menjadi relawan hari inspirasi di SDN 03 Pucanglaban Tulungagung. Perjalanan di mulai sekitar pukul 15.00 WIB. Sebagai teman Fasilitator dari Kelas Inspirasi Tulungagung, saya menjadi petunjuk arah menuju kecamatan Pucanglaban pada sore itu. Saya ajak teman-teman untuk berkumpul di depan kampus IAIN Tulungagung. Saya memilih tempat ini karena ada beberapa teman relawan pengajar dan relawan dokumentator yang berasal dari luar kota seperti Lamongan, Nganjuk dan sekitarnya. Ketika mereka naik Bus akan lebih gampang bertemu di depan kampus ini karena jalan kampus IAIN Tulungagung merupakan jalur transportasi kendaraan umum. Sehingga akan memudahkan para relawan dari luar kota untuk turun dari bus tanpa harus naik ojek atau kendaraan umum lainnya lagi.
Perjalanan menuju Pucanglaban meninggalkan bekas indah yang tak terlupakan terkhusus bagi saya. Menempuh jarak sekitar 26 Km dari Pusat kota Tulungagung ke kecamatan Pucanglaban sebenarnya termasuk perjalanan yang dekat. Akan tetapi setelah melihat medan yang sangat ekstrim, perjalanan ke Pucanglaban dari pusat kota terasa lebih jauh, apalagi bagi para pemula. Akses menuju Pucanglaban mulai terasa mencekam saat tiba di daerah Luk Songo. Yaitu daerah yang memiliki jalan berbelok-belok dengan tikungan tajam bersudut 350 derajat berbanding terbalik. Terdapat sembilan belokan yang sama di Luk Songo ini. Dinamakan Luk Songo karena belokan-belokan ekstrim yang sama berjumlah sembilan belokan. Meskipun daerah ini memiliki jalan yang cukup ekstrim, para pengendara akan dimanjakan oleh keindahan hamparan hutan yang panjang saat melintas di Luk Songo.
Setelah melalui perjalanan panjang di tengah-tengah hutan akhirnya saya dan rombongan masuk di desa Sumberdadap yang merupakan desa pertama setelah melewati hutan-hutan Luk Songo. Di desa ini saya berhenti sejenak untuk menunggu rombongan saya yang masih tertinggal di belakang sambil merasakan sejuknya hawa pedesaan yang khas dan segar. Tidak lama kemudian saya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri desa Sumberdadap dan desa Sumberbendo dengan alunan kecepatan motor yang stabil sambil menikmati indahnya desa di daerah kecamatan Pucanglaban ini. Kebetulan saya naik motor sendiri sedangkan teman-teman yang yang lain berboncengan. Saya naik motor sendiri dikarenakan motor yang saya naiki tidak akan kuat naik tanjakan apabila dipakai berboncengan. Maka dari itu, apabila melakukan perjalanan ke Pucanglaban alangkah baiknya kendaraan yang dipakai haruslah kendaraan yang benar-benar savety, kendaraan yang sudah di service sebelum melakukan perjalanan ke Pucanglaban.
Setelah kurang lebih satu jam melakukan perjalanan, saya dan rombongan sampai di tempat penginapan. Saya dan rombongan di izinkan menginap di rumah Kepala Desa yang kebetulan tidak dipakai. Mas Yudi dan Mbak Endah sebagai penjaga rumah telah menyiapkan makanan untuk rombongan saya. Makan-makanan yang disuguhkan sangat enak, makanan yang sangat tradisional dengan bumbu racik orang desa, dengan bau khas sambal trasi yang sedap membuat makan malam saya dan rombongan terasa sempurna. Apalagi ditemani oleh bunyi krik krik krik khas pedesaan yaitu bunyi jangkrik yang membuat suasana malam semakin hening. Tak berhenti di sini saja dalam menikmati kuliner khas desa ini, saya dan rombongan juga telah disuguhkan kopi hitam panas khas desa dengan aroma kopi murni membuat saya dan rombongan semakin kerasan di tempat ini. Tempat yang memiliki kenyamanan, kesunyian, ketengan dan keramahan masyarakatnya menambah semangat saya dan rombongan untuk memberikan inspirasi kepada adik-adik di desa ini.
Tidak berhenti di tempat penginapan saja saya mencicipi berbagai masakan khas warga Pucanglaban. Keesokan harinya saya masih menikmati makanan khas yang lain yang di masakkan langsung oleh warga Pucanglaban yaitu Bu Miyem, yang merupakan salah satu guru di daerah Pucanglaban. Bu Miyem menyuguhkan banyak makanan khas Pucanglaban seperti, nasi tiwul, sayur lodeh nagka muda, sayur lodeh krecek bong dan ikan laut serta urap-urap dan sambel teri. Makanan ini sangat enak dan khas sekali, sehingga membuat saya ketagihan untuk datang lagi ke daerah ini.

Bagi teman-teman yang mau berkunjung ke Pucanglaban maka tempat ini sangat recomnded bagi teman-teman yang sedang mencari ketenangan dan yang suka travelling. Karena selain tenang dan sunyi, daerah ini juga memiliki kekayaan alam yang indah seperti pantai Kedung Tumpang, pantai Molang dan pantai Pacar. Jangan lupa apabila mau bepergian ke tempat ini kalian harus siap dengan segala sesuatunya, termasuk ke savetyan kendaraan yang akan dipakai. Satu lagi, jangan lupa untuk mencoba berbagai kuliner desa yang sangat tradisional. Dan jangan pernah kaget apabila masuk di daerah Pucanglaban teman-teman akan sulit menemukan sinyal internet kecuali menggunakan kuota termahal yang ada di Indonesia.

2 komentar: