Senin, 27 November 2017

Sensasi Kelezatan Sate Ayam Ponorogo

oleh: Qumi Mar'atus Sholiha
Dinginnya malam menusuk ke tulang sehabis hujan di sore tadi. Dengan suasana dingin, lidah terasa menginginkan makanan yang peningkat suasana hati. Teringat, tak jauh dari rumah ada penjual sate ayam ponorogo. Tepatnya jarak rumahku dari penjual sate adalah kira-kira 5 rumah kearah selatan, barat jalan. Kalau rute yang mudah dari pasar ngunut ke utara notok pertigaan belok ke timur ada pertigaan pasar hewan belok ke utara, ada tulisannya sate ayam ponorogo, barat jalan. Karena tak jauh dari rumah, aku membeli 30 tusuk sate untuk seluruh anggota keluarga dirumah dengan berjalan kaki.
Sate ayam Bu Eli, warga sekitar mengenalnya, memiliki cita rasa dan ciri khas yang beda dengan sate ayam yang lain. Bagi yang sudah sering membeli dan merasakan sate ayam ponorogo pasti akan mudah mengenali dengan baik ciri, rasa dan tata cara penyajian yang memang berbeda dengan sate yang lain. Perbedaan dengan sate ayam Ponorogo Bu Eli dengan sate yang lain banyak antara lain dalam tata cara membuat sate, bumbu, membakar sate, cara menata sate dalam besek, dan ketahanan atau keawetan sate. Dalam hal ini di keluarga Bu Eli telah diajarkan semua dari dulu hingga sekarang masih tetap terjaga keasliannya. Sate ayam Bu Eli ini bahan utamanya berasal dari ayam pilihan. Kalau jaman dulu sewaktu ayam potong belum ada keluarga Bu Eli menggunkan ayam kampung yang masih muda usiannya. Karena sekarang ini kebutuhan akan ayam yang meningkat lalu mereka beralih ke ayam potong. Ayam potong yang dpilih adalah yang sudah berbobot diatas 2,5 kg. Karena di bobot tersebut potongan daging dan kekenyalannya sangat bagus. kalau dibawah berat itu kurang baik.
Dalam cara membuat sate di tempat Bu Eli ini sudah ada cara yang baku dari dulu sampai sekarang tetap sama yang membeda dengan sate ayam yang lain. Yakni daging ayamnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, gajih atau lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Sate daging ayam dapat disajikan bersama dengan sate usus, kulit, dan telur ayam muda. Selanjutnya adalah proses perendaman bumbu agar bumbu meresap ke dalam daging ayam. Sate daging ayam, usus atau jeroan, dan kulit dibumbui dengan bumbu kecap dan minyak sayur.
Setelah bumbunya merata, sate dipanggang di atas pemanggang sate selama kurang lebih 3-5 menit. Dalam proses membakar sate kelihatannya adalah sepele tetapi disinilah nanti hasil baik buruknya sate akan ditentukan. Dalam membakar sate dibutuhkan api dari arang yang baik dan pilihan, tidak asal arang yang bisa digunakan. Dalam membakar sate ada prosesnya tidak asal bakar sate. Api yang digunakan harus bara api arang yang menyala sempurna tidak perlu api yang besar. Untuk alat pemanggang sate Ponorogo terbuat dari tungku (panggangan) yang terbuat dari tanah liat dan memiliki lubang di satu sisi untuk mengipas bara arang didalamnya yang membuat aroma sate menyebar seperti halnya mengundang tamu. Setelah berwarna kecoklatan, semua sate diletakkan di atas piring untuk dibumbui lagi dengan Bumbu Spesial. Setelah matang, sate dilumuri dengan bumbu kacang. Bumbu ini berbahan dasar kacang tanah pilihan yang disangrai dengan baik, tidak gosong atau mentah. Lalu diolah bersama dengan bumbu-bumbu pilihan lainnya berbahan alami yang menghasilkan rasa dan ketahanan yang lama dan yang terakhir ditumbuk halus.
Dengan harga Rp 12.000,- per porsinya, sate ayam ponorogo Bu Eli ini turun-temurun dari keluarga almarhum sang suami. Sekarang warung sate ayam ponorogo tersebut diteruskan oleh Bu Eli dan anak-anaknya yang sudah dewasa. Pelanggan warung sate ayam ponorogo Bu Eli ini berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari menengah kebawah hingga menengah keatas. Tak heran, keluarga bu Eli sering mendapat pesanan dari acara-acara besar yang diselenggarakan oleh pengusaha-pengusaha.
Akhirnya, dibungkuslah sate ayam yang kunanti sambil menikmati udara dingin dan bau sate yang dibakar. Suasana dingin membuat perut semakin keroncongan. Sehabis membayar langsung ku bawa pulang 30 tusuk sate ayam yang dibungkus jadi 1 dan dimakan bersama keluarga dirumah. Dengan 5 lontong yang juga kubeli di warung sate ayam Bu Eli, 20 tusuk kumakan bersama ayah, ibu, dan adik, 10 tusuk lainnya untuk paklek dan bulek.
Kelezatan disetiap tusuk sate ayam ponorogo yang empuk dan lembut di lidah membuat mood meningkat dan tubuh terasa beremangat dan ingin terus makan. Lontong yang dicampur dengan bumbu sate yang kental dan irisan bawang merah, terasa meleleh di lidah. Kenikmatan semakin terasa dengan kebersamaan makan bersama keluarga membuat suasana dingin menjadi kehangatan yang tak pernah terganti.


4 komentar: