Membantu meringankan beban orang tua
merupakan kewajiban bagi setiap anak. Deo
Saputra, bocah berusia 13 tahun yang sudah membanting tulang untuk
menunjang perekonomian keluarga yang terbilang sulit. Menjadi pemungut bunga
kenanga di tempat pemakaman umum telah Deo lakoni semenjak ia duduk dibangku
SD. Hal ini menjadi profesinya sehari-hari selain menjadi siswa di MTS Negeri
Pulosari ditingkat pertama. Selain itu, terkadang Deo juga menjadi kuli
bangunan mengikuti pekerjaan pamannya. Diusianya yang terbilang masih kecil
ini, yang mana Deo seharusnya bermain dengan teman-temannya, ia sudah harus
membanting tulang membantu ibu dan ayahnya mencari uang untuk kebutuhan
sehari-hari, juga biaya berobat adiknya yang mengidap epilepsi yang tak kunjung
sembuh.
Deo lahir didalam keluarga yang
serba pas-pasan, Di Desa Pati, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Dia
memiliki empat saudara yaitu Deo sebagai anak pSertama, Anggi anak kedua, Ariel
anak ketiga dan juga Amma sebagai anak terakhir. Anak yang lahir dari pasangan
Yasin dan Tri ini memiliki rumah berukuran 5 x 5 M yang dulu pada masa
pendiriannya dibantu dana dari pemerintahan. Kini rumah yang Deo dan
keluarganya huni semakin lama semakin usang termakan waktu. Cat yang telah
mengelupas, kotor penuh noda dan coretan crayon, disitulah Deo tinggal bersama
keluarganya. Ayah dan ibunya belum mampu untuk membenahi rumahnya menjadi lebih
baik. Dalam satu kasur yang tidak layak pakai, Ibu Tri dan anak-anaknya tidur
merajut mimpi setiap malam. “terkadang saya kasihan melihat anak-anak hidup
susah seperti ini, tapi ya.. bagaimana lagi. Nasib keluarga saya memang seperti
ini.” Ujar Tri, ibu dari empat anak tersebut dengan mata berbinar-binar
hingga peluh menetes kepipinya
Tidak seperti keluarga pada umunya,
yang mempunyai kendaraan lebih dari satu dalam rumahnya. Didalam keluarga Deo,
dia hanya mempunyai satu buah motor saja yang sepertinya sudah tak layak pakai.
Honda tujulima berwarna hitam keluaran jaman dulu tersebut sudah tak
memiliki lampu yang terang apabila dipakai mengendara saat malam hari. Itulah
kendaraan satu-satunya yang keluarga Deo miliki untuk mengantarkan mereka ke
perjalanan yang jauh. Selain motor yang sudah habis masa kemudinya tersebut,
keluarga Deo hanya memiliki dua sepeda jengky yang mana sepeda tua dan
reyot itulah yang Deo dan adik-adiknya pakai setiap hari untuk sampai ke tempat
menuntut ilmu. Satunya mengantarkan Deo sekolah setiap hari, dan salah satunya
digunakan oleh Anggi dan Ariel untuk berangkat ke sekolah dengan berboncengan.
Terkadang Ariel juga memilih untuk nebeng temannya. Mereka terdapat
dalam satu sekolah dasar yang sama. Ariel yang masih duduk dikelas 3, dan Anggi
duduk dikelas 6.
Saat fajar mulai menyingsing dan
matahari mulai menghangatkan tubuh, selayaknya anak diusianya, dengan baju seragam
biru putihnya yang lusuh, Deo sangat bersemangat memulai harinya untuk menuntut
ilmu di sekolah. Deo berangkat ke sekolah dengan membawa sepedahnya yang reot,
cat sepeda yang sudah pudar, juga rantainya yang sering lepas. “Tak apa,
setidaknya aku masih punya sepeda untuk mengantarkan aku ke sekolah menuntut
ilmu” ujarnya dengan senyum sayu. Ibunya, Tri, sangat bangga kepada Deo. anak
lelaki pertama dari keempat anaknya. Namun perasaan sedih seorang Ibu apabila
Tri melihat nasib Deo saat ia juga harus ikut meringankan beban keluarga dan
mencari uang untuk biaya berobat adiknya.
Amma merupakan saudara keempat Deo.
Amma didiagnosis mengidap penyakit Epilepsi sejak Amma lahir. Gadis kecil yang
lucu tersebut sering dijuluki “anak Jepang”, karena kulit putih, mata yang
bulat, bibir yang merah merona serta potongan rambut berponi yang membuatnya
lucu seperti orang jepang di tivi-tivi kata tetangga-tetangganya. Gadis
yang masih berusia 4 tahun ini mengalami kesulitan bicara dan lamban dalam
berfikir karena efek dari penyakitnya tersebut. Ayah dan Ibunya sering
pulang-pergi ke rumah sakit untuk mengantarkannya berobat karena penyakitnya
ini sering kambuh dan membuatnya kejang-kejang. Amma harus meminum obat setiap
harinya agar penyakitnya ini tidak kambuh sewaktu-waktu. Terkadang, ketika
badan Amma mulai panas, ia harus segera
dilarikan kerumah sakit. Karena semakin lama, obat yang Amma konsumsi semakin
tidak berfungsi seperti dahulu, sebab dosisnya yang kurang tinggi.
Namun untuk mendapatkan obat
tersebut, Tri harus menebusnya dengan sejumlah uang yang nominalnya tidak
sedikit. Padahal ia sudah memakai kartu BPJS agar biaya obatnya lebih murah
dari aslinya. Untuk itu dengan pekerjaan ayahnya yang pas-pasan sebagai
pengurus burung gemak dipeternakan orang, dan penghasilan Tri sebagai pengrajin
keset juga belum cukup untuk biaya obat serta kebutuhan sehari-hari, Deo harus
membantu orang tuanya. Mengingat anak pasutri Yasin dan Tri ini berjumlah empat
orang. Anak kedua dan ketiga masih duduk dibangku SD. Untuk itu, Deo mau tidak
mau ia harus terjun untuk mencari uang membantu perekonomian keluarganya yang
terbilang sulit. Keadaan seperti ini telah menempa Deo menjadi sosok yang dewasa
diusianya yang masih terbilang belia.
Dengan keringat yang bercucuran dan
nafas yang terengah-engah usai pulang sekolah ditengah teriknya matahari, Deo
bergegas meletakkan tasnya dan segera mengambil makan yang telah dimasak oleh
ibunya. Mengingat uang saku yang Deo dapat setiap hari dari ibunya tidak cukup
untuk membeli nasi disekolah bersama temannya. Sehingga Deo jarang membeli nasi
disekolah apabila Deo ingin makan bersama teman-temannya. Karena sebelum
berangkat pun Deo juga sudah sarapan.
Apabila ada jajanan pemberian dari
tetangga, Deo lebih memilih untuk menyisihkannya dan memberikan kepada
adik-adiknya. Berperan sebagai kakak dan harus menjadi adil harus Deo jadikan
prinsip dalam hidupnya. Karena terkadang, ayah dan ibunya tidak ada dirumah
untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga Deo juga harus berperan sebagai ayah
dan ibu untuk adik-adiknya. Momen quality time bersama adik-adiknya
harus Deo manfaatkan walaupun dengan makanan yang seadanya dan hanya didepan
televisi yang buram.
Setiap pulang sekolah ketika
matahari sejajar dengan kepala dan membentuk bayangan sejajar, Deo mengambil
kumpulan bunga kenanga dikeranjang yang sudah layu berwarna kecoklatan. Deo
menjemur semua bunga-bunga kenanga didepan rumahnya agar kering. Bunga kenanga
ini nantinya setelah kering, akan dijual ke pengepul bunga sebagai bahan
pembuatan parfum. Bahan dasar yang digunakan dalam membuat bibit parfum
adalalah salah satunya menggunakan bunga kenanga. Bibit parfum tersebut
diperoleh dari ekstrak atau sari wewangian yang umumnya diperoleh dari proses
penyulingan, ekstraksi atau perendaman dari bunga tersebut. Walaupun uang yang
Deo terima dari pekerjaan tersebut tidak seberapa, Deo tetap menekuninya karena
pekerjaan inilah yang dapat Deo lakoni sebagai pekerjaan serabutan untuk
membantu orang tua. Karena Deo juga masih harus sekolah dipagi hari. Disiang
hari Deo bisa bekerja mencari uang dengan menekuni profesi tersebut.
Tak selalu mendapatkan keuntungan,
terkadang Deo juga mendapatkan kerugian. Saat bunga kenanga tidak lagi musim
berbunga, Deo akan kesulitan mencari bunga tersebut. Karena di desa tempat Deo
tinggal, bunga kenanga banyak tumbuh ditempat pemakaman umum dekat rumahnya.
Apabila tidak ada bunga, maka Deo tidak akan mendapat bunga yang cukup untuk
dijual ke pengepul bunga. Selain itu, apabila musim hujan, Deo harus terus
waspada terhadap bunga-bunga yang dia jemur. Karena apabila bunganya terkena
air, maka bunga tersebut akan berjamur dan tak layak untuk dijual. Karena
extrak dari bunga juga tidak akan berbau wangi. Harga yang pengepul patok juga
tidak tetap. Terkadang bisa sangat murah, terkadang juga mahal. Tergantung
musimnya. Apabila musim saat bunga jarang tumbuh, maka harganya bisa mahal.
Namun sebaliknya, apabila bunga tumbuh sangat lebat, maka harganya akan murah.
Seperti siklus jaringan makanan dalam bumi. Dalam satu karung bunga yang telah
kering dijemur, harganya bisa mencapai 30 hingga 80 ribu. Uang yang Deo
dapatkan, seperempatnya Deo berikan kepada ibunya. Sebagai tambahan untuk kebutuhan
sehari-hari dan juga biaya untuk membeli obat Amma. Sisanya Deo simpan untuk
kebutuhan yang mendesak.
Selain Deo berprofesi sebagai pemungut
bunga kenanga, Deo juga terkadang mengikuti pamannya bekerja sebagai kuli
bangunan. Namun pekerjaan ini juga tidak Deo tekuni setiap hari seperti ia
menekuni profesi memungut bunga kenanga. Deo hanya melakukannya apabila diajak
oleh pamannya saja. Karena selain Deo tidak punya waktu yang cukup untuk
memenuhi standarisasi waktu bekerja sekitar 8 jam, Deo juga masih anak sekolah.
Deo akan kelelahan apabila ia harus bekerja sangat keras dan akan mempengaruhi
proses belajarnya nanti. Lain daripada itu, Deo juga belum memumpuni untuk
menjadi kuli bangunan karena ia tidak mempunyai dasar-dasar pengetahuan maupun
pengalaman mengenai arsitektur. Deo hanyalah sebatas membantu para tukang saat
membangun rumah, seperti mengambilkan adonan semen, memindahkan batu bata,
memindahkan genteng, memotong kayu, dan lain sebagainya. Pamannya, Imam pun
juga mengerti bagaimana memperlakukan Deo dalam profesi tersebut. Imam memahami
betul bagaimana keadaan keluarganya dan juga perekonomian pasangan suami istri
Yasin dan Tri ini. Karena rumah imam terletak tidak jauh dari rumah mereka.
Imam juga sering menerima keluh kesahnya, dan turut membantu apabila ia mampu.
Hari menjelang sore, Deo mengambil
karung dan bergegas pergi ke tempat pemakaman umum untuk mengumpulkan bunga
kenanga. Langit mendung tidak menyurutkan niat Deo mencari bunga kenanga.
Lokasi yang Deo tuju lumayan jauh. Sekitar 2 Km dari rumah. Namun, Deo juga
tidak pernah mengeluh untuk itu. Setiap hari Deo berjalan kaki Ke Tempat
Pemakaman Umum untuk mencari bunga kenanga. Dengan pakaian lusuh dan tanpa
memakai alas kaki Deo pergi ke Tempat Pemakaman Umum dekat rumahnya yaitu di
Dusun Pati, Desa Purworejo, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Mungkin
Dia membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai ditempat. Walaupun di Kuburan,
Deo juga telah terbiasa. Tidak ada rasa takut dalam dirinya walau hari mulai
gelap.
Deo memunguti bunga kenanga di
Kuburan seorang diri. Tanpa ditemani ibunya maupun ayahnya, atau adik-adiknya.
Ibunya juga sibuk mengurusi adiknya yang masih kecil dan juga bekerja sebagai
pengrajin keset, sedangkan ayahnya sibuk mengurusi pekerjaannya juga.
Adik-adiknya asyik bermain dengan teman-temannya, namun terkadang Deo juga
dibantu oleh adik keduanya yaitu Anggi. Gadis perempuan yang cantik, tetangganya
juga sering memanggilnya “anak Jepang” karena Anggi mempunyai mata yang sipit
dan kulit yang bersih. Dengan menghela nafas yang panjang setelah Deo sampai
dilokasi, Deo duduk untuk mengistirahatkan dirinya yang kelelahan. Karena dari
pagi sampai sore, Deo belum beristirahat sama sekali. Setelah dirasa sudah
cukup baginya untuk beristirahat, Deo bergegas menuju bagian belakang tempat
pemakaman umum. Karena bunga kenanga yang Deo cari tumbuh dibagian belakang.
Tempatnya teduh dan juga lumayan seram, karena selain adanya pohon bunga
kenanga yang sudah besar dan tinggi terdapat pohon bambu yang sangat besar dan
banyak sampai daun-daunnya merunduk hampir mencapai tanah.
Satu demi satu, Deo memunguti bunga
kenanga dengan hati yang iklas. Karena sesungguhnya, Deo merasa bisa membantu
perekonomian keluarga memang hal yang membanggakan tersendiri untuknya. Lelaki
yang mempunyai bentuk badan vitalitas ini karena sering bekerja dengan keras
tersenyum sambil memunguti bunga kenanga. Terkadang adiknya meminta uang jajan
kepadanya saat disela-sela Deo bekerja. Deo juga memaklumi bahwa Ibunya
terkadang tidak mampu memenuhi keinginan adiknya untuk membeli ini dan itu.
Seperti jajan, mainan, dan sebagainya. Asal adiknya bisa bahagia, Deo pun juga
ikut bahagia.
Namun, ada juga rintangan saat Deo
harus memunguti bunga di tempat pemakaman umum. Tidak jarang Deo bertemu dengan
ular. Karena mengingat tempat yang Deo tuju adalah tempat yang jarang dijamah
oleh orang. Namun, Deo sebagai laki-laki telah terbiasa dengan hal itu, dan
mampu mengatasinya dengan mudah. Selain adanya hewan-hewan liar, karena tempat
yang Deo tuju merupakan milik masyarakat umum, biasanya pencari bunga kenanga
tidak hanya Deo saja. Melainkan juga terdapat beberapa orang yang mengumpulkan
bunga kenanga dari tempat itu. Apabila Deo datang terlambat, maka Deo tidak
akan mendapatkan bunga kenanga. Deo bukan mencari bunga kenanga yang harus
bersusah payah memetik dari pohon. Bunga kenanga yang dapat digunakan sebagai
bibit parfum adalah bunga yang telah jatuh ke tanah. Ada juga yang telah
berubah warna menjadi layu dan kecoklatan. Bunga seperti itulah yang memang
seharusnya dicari.
Tangan bocah ini telah menjadi kuat,
keras dan bekas luka dimana-mana, seperti tangan seorang bapak yang bekerja
keras mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Begitulah nasib Deo yang harus
dicipta menjadi dewasa sebelum waktunya. Deo mempunyai cita-cita yang mulia,
yakni menjadi seorang guru. Deo bertekad untuk sekolah dengan giat dan tekun
agar mampu meraih cita-citanya. Deo juga sadar, biaya untuk sekolah pun juga
tidak murah, namun deo bertekad untuk terus melanjutkan sekolahnya sampai
jenjang sarjana. Karena dukungan dari keluarganya, ia tetap menjadi sosok yang
kuat. Apabila setelah lulus MTs nanti Deo tidak dapat langsung melanjutkan
pendidikannya, maka untuk sementara waktu Deo berhenti bersekolah dan mencari
uang untuk biayanya masuk ke jenjang SMA nanti.
Senja menampakkan ronanya, indah namun
suram. Seperti dirinya yang sejatinya tidak tau bagaimana memperjuangkan masa
depannya. Mengangkat karung berisi bunga tinggi-tinggi, dan bergegas pulang
karena hari menjelang malam. Ditiap esoknya Deo hanya selalu memikirkan
bagaimana dia melanjutkan pendidikannya nanti dan tetap membantu memenuhi
kebutuhan keluarganya. Orang tuanya terbilang sulit perekonomiannya, adiknya
yang masih kecil-kecil membutuhkan biaya untuk sekolahnya, dan juga membutuhkan
biaya berobat untuk Amma, adiknya. Sebagai kakak yang tertua terkadang, Deo
berfikir tentang mimpinya menjadi seorang guru sepertinya harus Deo hentikan
apabila ia menengok kebelakang perihal keluarganya. Namun secercah harapan
dalam hati Deo selalu menguatkan dirinya untuk terus bersemangat dan terus maju
menggapai cita-citanya. Karena Deo yakin, Allah selalu memberinya jalan yang
tidak terduga apabila Deo mau berusaha, beribadah dan tetap mengingat Allah
dalam setiap kehidupannya.
Artikel menarik dan membantu
BalasHapus
BalasHapusTulisan keren kak,Kami dealer motor area Tulungagung, kediri dan Trenggalek. Lihat lihat motor bisa klik disini
Order makanan di tulungagung klik disini
BalasHapus