Selasa, 31 Oktober 2017

SECERCAH HARAPAN DEO, SI BOCAH PENCARI BUNGA KENANGA






Membantu meringankan beban orang tua merupakan kewajiban bagi setiap anak. Deo  Saputra, bocah berusia 13 tahun yang sudah membanting tulang untuk menunjang perekonomian keluarga yang terbilang sulit. Menjadi pemungut bunga kenanga di tempat pemakaman umum telah Deo lakoni semenjak ia duduk dibangku SD. Hal ini menjadi profesinya sehari-hari selain menjadi siswa di MTS Negeri Pulosari ditingkat pertama. Selain itu, terkadang Deo juga menjadi kuli bangunan mengikuti pekerjaan pamannya. Diusianya yang terbilang masih kecil ini, yang mana Deo seharusnya bermain dengan teman-temannya, ia sudah harus membanting tulang membantu ibu dan ayahnya mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari, juga biaya berobat adiknya yang mengidap epilepsi yang tak kunjung sembuh.
Deo lahir didalam keluarga yang serba pas-pasan, Di Desa Pati, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Dia memiliki empat saudara yaitu Deo sebagai anak pSertama, Anggi anak kedua, Ariel anak ketiga dan juga Amma sebagai anak terakhir. Anak yang lahir dari pasangan Yasin dan Tri ini memiliki rumah berukuran 5 x 5 M yang dulu pada masa pendiriannya dibantu dana dari pemerintahan. Kini rumah yang Deo dan keluarganya huni semakin lama semakin usang termakan waktu. Cat yang telah mengelupas, kotor penuh noda dan coretan crayon, disitulah Deo tinggal bersama keluarganya. Ayah dan ibunya belum mampu untuk membenahi rumahnya menjadi lebih baik. Dalam satu kasur yang tidak layak pakai, Ibu Tri dan anak-anaknya tidur merajut mimpi setiap malam. “terkadang saya kasihan melihat anak-anak hidup susah seperti ini, tapi ya.. bagaimana lagi. Nasib keluarga saya memang seperti ini.” Ujar Tri, ibu dari empat anak tersebut dengan mata berbinar-binar hingga peluh menetes kepipinya
Tidak seperti keluarga pada umunya, yang mempunyai kendaraan lebih dari satu dalam rumahnya. Didalam keluarga Deo, dia hanya mempunyai satu buah motor saja yang sepertinya sudah tak layak pakai. Honda tujulima berwarna hitam keluaran jaman dulu tersebut sudah tak memiliki lampu yang terang apabila dipakai mengendara saat malam hari. Itulah kendaraan satu-satunya yang keluarga Deo miliki untuk mengantarkan mereka ke perjalanan yang jauh. Selain motor yang sudah habis masa kemudinya tersebut, keluarga Deo hanya memiliki dua sepeda jengky yang mana sepeda tua dan reyot itulah yang Deo dan adik-adiknya pakai setiap hari untuk sampai ke tempat menuntut ilmu. Satunya mengantarkan Deo sekolah setiap hari, dan salah satunya digunakan oleh Anggi dan Ariel untuk berangkat ke sekolah dengan berboncengan. Terkadang Ariel juga memilih untuk nebeng temannya. Mereka terdapat dalam satu sekolah dasar yang sama. Ariel yang masih duduk dikelas 3, dan Anggi duduk dikelas 6.
Saat fajar mulai menyingsing dan matahari mulai menghangatkan tubuh, selayaknya anak diusianya, dengan baju seragam biru putihnya yang lusuh, Deo sangat bersemangat memulai harinya untuk menuntut ilmu di sekolah. Deo berangkat ke sekolah dengan membawa sepedahnya yang reot, cat sepeda yang sudah pudar, juga rantainya yang sering lepas. “Tak apa, setidaknya aku masih punya sepeda untuk mengantarkan aku ke sekolah menuntut ilmu” ujarnya dengan senyum sayu. Ibunya, Tri, sangat bangga kepada Deo. anak lelaki pertama dari keempat anaknya. Namun perasaan sedih seorang Ibu apabila Tri melihat nasib Deo saat ia juga harus ikut meringankan beban keluarga dan mencari uang untuk biaya berobat adiknya.
Amma merupakan saudara keempat Deo. Amma didiagnosis mengidap penyakit Epilepsi sejak Amma lahir. Gadis kecil yang lucu tersebut sering dijuluki “anak Jepang”, karena kulit putih, mata yang bulat, bibir yang merah merona serta potongan rambut berponi yang membuatnya lucu seperti orang jepang di tivi-tivi kata tetangga-tetangganya. Gadis yang masih berusia 4 tahun ini mengalami kesulitan bicara dan lamban dalam berfikir karena efek dari penyakitnya tersebut. Ayah dan Ibunya sering pulang-pergi ke rumah sakit untuk mengantarkannya berobat karena penyakitnya ini sering kambuh dan membuatnya kejang-kejang. Amma harus meminum obat setiap harinya agar penyakitnya ini tidak kambuh sewaktu-waktu. Terkadang, ketika badan  Amma mulai panas, ia harus segera dilarikan kerumah sakit. Karena semakin lama, obat yang Amma konsumsi semakin tidak berfungsi seperti dahulu, sebab dosisnya yang kurang tinggi.
Namun untuk mendapatkan obat tersebut, Tri harus menebusnya dengan sejumlah uang yang nominalnya tidak sedikit. Padahal ia sudah memakai kartu BPJS agar biaya obatnya lebih murah dari aslinya. Untuk itu dengan pekerjaan ayahnya yang pas-pasan sebagai pengurus burung gemak dipeternakan orang, dan penghasilan Tri sebagai pengrajin keset juga belum cukup untuk biaya obat serta kebutuhan sehari-hari, Deo harus membantu orang tuanya. Mengingat anak pasutri Yasin dan Tri ini berjumlah empat orang. Anak kedua dan ketiga masih duduk dibangku SD. Untuk itu, Deo mau tidak mau ia harus terjun untuk mencari uang membantu perekonomian keluarganya yang terbilang sulit. Keadaan seperti ini telah menempa Deo menjadi sosok yang dewasa diusianya yang masih terbilang belia.
Dengan keringat yang bercucuran dan nafas yang terengah-engah usai pulang sekolah ditengah teriknya matahari, Deo bergegas meletakkan tasnya dan segera mengambil makan yang telah dimasak oleh ibunya. Mengingat uang saku yang Deo dapat setiap hari dari ibunya tidak cukup untuk membeli nasi disekolah bersama temannya. Sehingga Deo jarang membeli nasi disekolah apabila Deo ingin makan bersama teman-temannya. Karena sebelum berangkat pun Deo juga sudah sarapan.
Apabila ada jajanan pemberian dari tetangga, Deo lebih memilih untuk menyisihkannya dan memberikan kepada adik-adiknya. Berperan sebagai kakak dan harus menjadi adil harus Deo jadikan prinsip dalam hidupnya. Karena terkadang, ayah dan ibunya tidak ada dirumah untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga Deo juga harus berperan sebagai ayah dan ibu untuk adik-adiknya. Momen quality time bersama adik-adiknya harus Deo manfaatkan walaupun dengan makanan yang seadanya dan hanya didepan televisi yang buram.
Setiap pulang sekolah ketika matahari sejajar dengan kepala dan membentuk bayangan sejajar, Deo mengambil kumpulan bunga kenanga dikeranjang yang sudah layu berwarna kecoklatan. Deo menjemur semua bunga-bunga kenanga didepan rumahnya agar kering. Bunga kenanga ini nantinya setelah kering, akan dijual ke pengepul bunga sebagai bahan pembuatan parfum. Bahan dasar yang digunakan dalam membuat bibit parfum adalalah salah satunya menggunakan bunga kenanga. Bibit parfum tersebut diperoleh dari ekstrak atau sari wewangian yang umumnya diperoleh dari proses penyulingan, ekstraksi atau perendaman dari bunga tersebut. Walaupun uang yang Deo terima dari pekerjaan tersebut tidak seberapa, Deo tetap menekuninya karena pekerjaan inilah yang dapat Deo lakoni sebagai pekerjaan serabutan untuk membantu orang tua. Karena Deo juga masih harus sekolah dipagi hari. Disiang hari Deo bisa bekerja mencari uang dengan menekuni profesi tersebut.
Tak selalu mendapatkan keuntungan, terkadang Deo juga mendapatkan kerugian. Saat bunga kenanga tidak lagi musim berbunga, Deo akan kesulitan mencari bunga tersebut. Karena di desa tempat Deo tinggal, bunga kenanga banyak tumbuh ditempat pemakaman umum dekat rumahnya. Apabila tidak ada bunga, maka Deo tidak akan mendapat bunga yang cukup untuk dijual ke pengepul bunga. Selain itu, apabila musim hujan, Deo harus terus waspada terhadap bunga-bunga yang dia jemur. Karena apabila bunganya terkena air, maka bunga tersebut akan berjamur dan tak layak untuk dijual. Karena extrak dari bunga juga tidak akan berbau wangi. Harga yang pengepul patok juga tidak tetap. Terkadang bisa sangat murah, terkadang juga mahal. Tergantung musimnya. Apabila musim saat bunga jarang tumbuh, maka harganya bisa mahal. Namun sebaliknya, apabila bunga tumbuh sangat lebat, maka harganya akan murah. Seperti siklus jaringan makanan dalam bumi. Dalam satu karung bunga yang telah kering dijemur, harganya bisa mencapai 30 hingga 80 ribu. Uang yang Deo dapatkan, seperempatnya Deo berikan kepada ibunya. Sebagai tambahan untuk kebutuhan sehari-hari dan juga biaya untuk membeli obat Amma. Sisanya Deo simpan untuk kebutuhan yang mendesak.
Selain Deo berprofesi sebagai pemungut bunga kenanga, Deo juga terkadang mengikuti pamannya bekerja sebagai kuli bangunan. Namun pekerjaan ini juga tidak Deo tekuni setiap hari seperti ia menekuni profesi memungut bunga kenanga. Deo hanya melakukannya apabila diajak oleh pamannya saja. Karena selain Deo tidak punya waktu yang cukup untuk memenuhi standarisasi waktu bekerja sekitar 8 jam, Deo juga masih anak sekolah. Deo akan kelelahan apabila ia harus bekerja sangat keras dan akan mempengaruhi proses belajarnya nanti. Lain daripada itu, Deo juga belum memumpuni untuk menjadi kuli bangunan karena ia tidak mempunyai dasar-dasar pengetahuan maupun pengalaman mengenai arsitektur. Deo hanyalah sebatas membantu para tukang saat membangun rumah, seperti mengambilkan adonan semen, memindahkan batu bata, memindahkan genteng, memotong kayu, dan lain sebagainya. Pamannya, Imam pun juga mengerti bagaimana memperlakukan Deo dalam profesi tersebut. Imam memahami betul bagaimana keadaan keluarganya dan juga perekonomian pasangan suami istri Yasin dan Tri ini. Karena rumah imam terletak tidak jauh dari rumah mereka. Imam juga sering menerima keluh kesahnya, dan turut membantu apabila ia mampu.
Hari menjelang sore, Deo mengambil karung dan bergegas pergi ke tempat pemakaman umum untuk mengumpulkan bunga kenanga. Langit mendung tidak menyurutkan niat Deo mencari bunga kenanga. Lokasi yang Deo tuju lumayan jauh. Sekitar 2 Km dari rumah. Namun, Deo juga tidak pernah mengeluh untuk itu. Setiap hari Deo berjalan kaki Ke Tempat Pemakaman Umum untuk mencari bunga kenanga. Dengan pakaian lusuh dan tanpa memakai alas kaki Deo pergi ke Tempat Pemakaman Umum dekat rumahnya yaitu di Dusun Pati, Desa Purworejo, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Mungkin Dia membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai ditempat. Walaupun di Kuburan, Deo juga telah terbiasa. Tidak ada rasa takut dalam dirinya walau hari mulai gelap.
Deo memunguti bunga kenanga di Kuburan seorang diri. Tanpa ditemani ibunya maupun ayahnya, atau adik-adiknya. Ibunya juga sibuk mengurusi adiknya yang masih kecil dan juga bekerja sebagai pengrajin keset, sedangkan ayahnya sibuk mengurusi pekerjaannya juga. Adik-adiknya asyik bermain dengan teman-temannya, namun terkadang Deo juga dibantu oleh adik keduanya yaitu Anggi. Gadis perempuan yang cantik, tetangganya juga sering memanggilnya “anak Jepang” karena Anggi mempunyai mata yang sipit dan kulit yang bersih. Dengan menghela nafas yang panjang setelah Deo sampai dilokasi, Deo duduk untuk mengistirahatkan dirinya yang kelelahan. Karena dari pagi sampai sore, Deo belum beristirahat sama sekali. Setelah dirasa sudah cukup baginya untuk beristirahat, Deo bergegas menuju bagian belakang tempat pemakaman umum. Karena bunga kenanga yang Deo cari tumbuh dibagian belakang. Tempatnya teduh dan juga lumayan seram, karena selain adanya pohon bunga kenanga yang sudah besar dan tinggi terdapat pohon bambu yang sangat besar dan banyak sampai daun-daunnya merunduk hampir mencapai tanah.
Satu demi satu, Deo memunguti bunga kenanga dengan hati yang iklas. Karena sesungguhnya, Deo merasa bisa membantu perekonomian keluarga memang hal yang membanggakan tersendiri untuknya. Lelaki yang mempunyai bentuk badan vitalitas ini karena sering bekerja dengan keras tersenyum sambil memunguti bunga kenanga. Terkadang adiknya meminta uang jajan kepadanya saat disela-sela Deo bekerja. Deo juga memaklumi bahwa Ibunya terkadang tidak mampu memenuhi keinginan adiknya untuk membeli ini dan itu. Seperti jajan, mainan, dan sebagainya. Asal adiknya bisa bahagia, Deo pun juga ikut bahagia.
Namun, ada juga rintangan saat Deo harus memunguti bunga di tempat pemakaman umum. Tidak jarang Deo bertemu dengan ular. Karena mengingat tempat yang Deo tuju adalah tempat yang jarang dijamah oleh orang. Namun, Deo sebagai laki-laki telah terbiasa dengan hal itu, dan mampu mengatasinya dengan mudah. Selain adanya hewan-hewan liar, karena tempat yang Deo tuju merupakan milik masyarakat umum, biasanya pencari bunga kenanga tidak hanya Deo saja. Melainkan juga terdapat beberapa orang yang mengumpulkan bunga kenanga dari tempat itu. Apabila Deo datang terlambat, maka Deo tidak akan mendapatkan bunga kenanga. Deo bukan mencari bunga kenanga yang harus bersusah payah memetik dari pohon. Bunga kenanga yang dapat digunakan sebagai bibit parfum adalah bunga yang telah jatuh ke tanah. Ada juga yang telah berubah warna menjadi layu dan kecoklatan. Bunga seperti itulah yang memang seharusnya dicari.
Tangan bocah ini telah menjadi kuat, keras dan bekas luka dimana-mana, seperti tangan seorang bapak yang bekerja keras mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Begitulah nasib Deo yang harus dicipta menjadi dewasa sebelum waktunya. Deo mempunyai cita-cita yang mulia, yakni menjadi seorang guru. Deo bertekad untuk sekolah dengan giat dan tekun agar mampu meraih cita-citanya. Deo juga sadar, biaya untuk sekolah pun juga tidak murah, namun deo bertekad untuk terus melanjutkan sekolahnya sampai jenjang sarjana. Karena dukungan dari keluarganya, ia tetap menjadi sosok yang kuat. Apabila setelah lulus MTs nanti Deo tidak dapat langsung melanjutkan pendidikannya, maka untuk sementara waktu Deo berhenti bersekolah dan mencari uang untuk biayanya masuk ke jenjang SMA nanti.

Senja menampakkan ronanya, indah namun suram. Seperti dirinya yang sejatinya tidak tau bagaimana memperjuangkan masa depannya. Mengangkat karung berisi bunga tinggi-tinggi, dan bergegas pulang karena hari menjelang malam. Ditiap esoknya Deo hanya selalu memikirkan bagaimana dia melanjutkan pendidikannya nanti dan tetap membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Orang tuanya terbilang sulit perekonomiannya, adiknya yang masih kecil-kecil membutuhkan biaya untuk sekolahnya, dan juga membutuhkan biaya berobat untuk Amma, adiknya. Sebagai kakak yang tertua terkadang, Deo berfikir tentang mimpinya menjadi seorang guru sepertinya harus Deo hentikan apabila ia menengok kebelakang perihal keluarganya. Namun secercah harapan dalam hati Deo selalu menguatkan dirinya untuk terus bersemangat dan terus maju menggapai cita-citanya. Karena Deo yakin, Allah selalu memberinya jalan yang tidak terduga apabila Deo mau berusaha, beribadah dan tetap mengingat Allah dalam setiap kehidupannya. 

3 komentar: