Ketika Usia Tua Tak Menghalangiku Untuk Bekerja
Oleh : Nadila Anis Kusumawati
Pak Abdul, masih semangat menjadi tukang tambal ban diusianya | yang senja. |
Dengan fisik yang sudah mulai menurun pak
Abdul dengan semangatnya yang tinggi selalu berusaha untuk bekerja keras. Pekerjaan sebagai tukang tambal ini
sudah dua puluh lima tahun ditekuni oleh Pak Abdul. Karena setelah istrinya meninggal, mau tidak mau dia harus
melanjutkan hidupnya bersama dengan ke tujuh anak-anaknya. Awal pada tahun 1992
dia berusaha untuk menyambung hidupnya dengan dukungan anak-anaknya dengan membangun sebuah usaha bengkel kecil
yang berada di daerah Bago Kecamatan Kedungwaru Tulungagung, disana Pak
Abdul memulai kehidupannya lagi setelah
ditinggal meninggal oleh istrinya. Selama dua puluh lima tahun itu, dengan
senang hati dijalaninya sebagai seorang tukang tambal ban yang dikerjakan
olehnya di depan halaman rumah yang sederhana untuk berteduh sehari-hari. Bengkel
kecil nan mungil itu dijadikannya tempat untuk bersandar sehari-hari
sembari menghabiskan waktu tuanya dengan
menekuni pekerjaannya sebagai seorang tambal ban. Ketika matahari mulai menunjukan dirinya
dan jarum jam menunjukkan pukul enam pagi, dengan berjalannya yang
tertatih-tatih dia pun membuka satu per satu balok kayu itu, yang dijadikannya
sebagai penutup bengkel kecil kesayangannya itu. Senja pun mulai menutupi
matahari,dirasa hari sudah mulai larut akan malam pukul lima sore pak Abdul pun
menutup bengkelnya.
Selain itu karena dia
juga terpaksa harus melanjutkan usaha ini sendirian dan juga dengan
keadaannya yang sudah tua, terkadang jikalau merasa capek Pak Abdul pun langsung
menutup bengkelnya meskipun itu sebelum menunjukkan pukul jam lima sore.
Dia bekerja di bengkel itu seorang diri
saja karena ketujuh anaknya semua sudah menikah dan beberapa dari lainnya juga
melanjutkan bekerja di luar kota untuk mengubah nasib kehidupan keluarga pak
Abdul. Akan tetapi terkadang beberapa anaknya yang masih tinggal didekat
daerah tempat bertinggalnya Pak Abdul terkadang mereka masih ada yang iba terhadap kehidupan seorang
Ayahnya yang dulu berjuan untuk kehidupan anak-anaknya dan kemudian sedikit
membantu dan merawatnya hingga cucu dari anak ragilnya yang biasanya menemani
pak Abdul bekerja di bengkel mungil itu. Cucunya yang selalu menghibur dan
membuat pak Abdul tidak merasa letih dengan apa yang sedang dijalaninya saat
ini.
Hidup ini akan selalu terus berjalan,
tanpa seseorang itu menunggu. Hasil yang diperoleh tergantung bagaimana kita
mendapatkannya. Berkat doa yang selalu ia panjatkan setiap harinya, usaha bengkel
kecil tambal ban yang sudah ia geluti selama puluhan tahun ini pun tidak pernah
sepi akan pelanggannya. Pekerjaan yang sudah digelutinya selama puluhan tahun
itu, sekarang sangatlah disyukuri dengan benar olehnya. Kehidupan yang sedikit berkecukupan, tak membuat pak Abdul
mengeluh atas apa yang dia dapatkan yang berprofesi sebagai tukang tambal ban
di bengkel kecil yang dibangunnya itu. Keinginan yang keras
demi melihat anak-anaknya mendapat kesuksesan yang layak dan mendapat sebuah
pekerjaan adalah harapan besar untuk mewujudkan harapannya yang mulia itu. Perjuangan seorang Pak Abdul ini sungguh
tidak sia-sia karena beberapa dari banyak anaknya sudah menjadi seorang yang
sukses.
Meskipun hanya menjadi tukang tambal ban
dengan hasil yang pas-pasan tak membuatnya lelah untuk selalu mesyukuri apa
yang diperoleh dari kerja kerasnya. Hasil curi payah Pak Abdul kini telah dibuktikan
dengan keberhasil membukakan masa depan yang amat gemilang untuk anak-anaknya.
Tak dipungkiri, dari salah satu anaknya
sudah menjadi seorang kepala pada sebuah perusahaan besar di Jakarta. Meskipun
begitu, di usia nya yang sudah hampir satu abad ini ia tak pernah meninggalkan
ataupun memiliki niatan untuk berhenti menjadi tukang tambal ban. Sebenarnya
bisa saja Pak Abdul berhenti jadi tukang tambal ban karena beberapa anak Pak
Abdul mampu untuk membantu keuangan untuk
kebutuhan sehari-harinya. Namun hal itu tak dilakukannya, baginya jika ia tidak
bekerja akan membuatnya malah menjadi sakit.
Menjadi tukang tambal ban sudah menjadi
bagian dari hidupnya dia menekuni menjadi seorang tambal ban sebagai sebuah
olahraga yang harus dilakukannya setiap hari agar seluruh tubuhnya tidak terasa
sakit. Pak Abdul juga berkata bahwa
kalau tidak bekerja dan hanya diam di rumah saja dia takut malah menjadi
sakit-sakitan karena kurang gerak. Memang benar, walau bekerja dari pagi hingga
sore serta dengan tangan jadi kotor dan dipenuh oli-oli, namun Pak Abdul
mengaku malah jarang sakit-sakitan. Dan selama saya masih kuat ya saya lakoni
semua pekerjaan ini dengan senang hati ungkapan dari Pak Abdul dengan sembari
tersenyum. Terkadang jika sehari saja ia tidak membuka lapak tambal bannya, ia
akan merasa sangat berdosa karena telah membuat pelanggannya merasa kecewa.
Orang-orang yang sering datang ke bengkelnya jika terjadi kesalahan pada ban
motornya mereka selalu pergi ke bengkel pak Abdul sekali pun hanya untuk
memompa ban saja. Pernah suatu ketika, lapak tambal ban Pak Abdul ini ramai
dengan pelanggan yang ingin menambal ban atau hanya sekedar memompa ban saja,
pak Abdul pun tak ingin membuat semua pelanggannya merasa dikecewakan karena
kekuatannya yang sudah mulai sedikit berkurang karena di usia nya yang sangat
tua ini. Pak Abdul membutuhkan waktu yang amat lama untuk melakukan menambalan
ban pada setiap sepedah motor. Dengan hati yang ikhlas dan dengan senyuman
kecilnya, akhirnya pak Abdul memberikan kebebasan untuk pelanggannya agar
mencari tukang tambal ban lain jika kalau mereka dalam keadaan tergesa-gesa
namun, jika mereka sudi untuk menuggu mengantri lama pak Abdul sangat tidak
keberatan asalkan mereka tidak kecewa dengan pelayanan yang diberikannya.
Tangan mungilnya yang sudah keriput tak
dijadikannya alasan untuk putus asa dalam menekuni pekerjaannya. Kekuatan Pak Abdul ini boleh dikatakan sedikit
berkurang karena faktor usianya yang hamper menginjak satu abad ini, namun
kemahiran dan keahliannya dalam melakukan pekerjaannya sebagai tukang tambal
ban tidak bisa diragukan lagi. Hasil dari menekuni berpuluh tahun lamanya
menjadi tukang tambal ban yang menjadikannya mahir dalam melakukan pekerjaannya
ini. Tangan keriputnya juga begitu terampil mengeluarkan ban dalam sepedah
motor kemudian menambalkan ban motor pelanggangnya yang bocor dengan matanya
yang sudah sayu membuatnya harus teleti sedemikian mungkin agar hasilnya tidak
mengecewakan pelanggannya. Hasil pekerjaannya pun sangat rapi dan tidak sedikit
pelanggan yang sangat puas atas hasil kerja pak Abdul walaupun banyak
kekurangan yang masih di bawa olehnya. Meskipun begitu sungguh ia telah membuka
pintu rezeki untuk orang orang yang seprofesi dengan dirinya. Jika pelangganya
tergesa-gesa untuk segera menyelesaikan pekerjaan itu pak Abdul memintanya
untuk mencari tukang tambal ban yang lain saja karena dengan tangan keriputnya
dan jalannya yang bersayak-sayak memungkikan untuk membutuhkan waktu yang lama
dalam melakukan pekerjaannya.
Walau usia yang sudah senja dia masih
semangat bekerja pak abdul tidak mau merepotkan anaknya karena beliau masih
merasa mampu untuk bekerja. Kaki tuanya dengan tangan keriputnya tidak
menghalanginya untuk bekerja dengan sekuat tenaga yang dimilikinya. Hanya sisa-sisa rasa lelah yang ada tergambar di raut wajah
keriputnya Pak Abdul. Sebungkus nasi, segels air yang sederhana ini begitu lahap dia menghabiskan
makan siangnya. Wajahnya selalu tampak gembira, tak pernah terlihat perasaan
sedih. Senyum ramah dan wajah riang selalu di perlihatkan kepada semua orang
termasuk pelanggan yang setiap kali sering menambal ban di bengkel kecil
miliknya. Tak pernah dia meminta belaskasihan kepada orang lain. Dia selalu
menjalankan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, meskipun banyak orang
mengatakan pekerjaan itu sangat rendah dan tidak pantas dilakukan oleh mereka.
Namun baginya apapun pekerjaannya, harus selalu dijalankan dengan sebaik
mungkin.
Hari-harinya dia jalani dengan penuh semangat. Tak pernah dia
mengeluh apalagi berputus asa. Ya beginilah sekilas sosok pak Abdul yang sehari
– harinya bekerja sebagai tukang tambal ban di bengkel kecilnya. Pak Abdul rela
bekerja sebagai tukang tambal ban demi mencukupi semua kebutuhan kehidupannya.
Mulai dari makanan yang dimakan setiap harinya, biaya untuk beli pakaian, dan lain-lain,
hampir semuanya ditanggung oleh dirinya sendiri . Walaupun penghasilan Pak
Abdul tiap harinya tidak seberapa dan tidak menentu. Dengan usia yang sudah
tidak muda lagi, tenaga yang sudah tidak seperti dulu lagi, dan tubuh yang
renta namun dia tetap dengan semangat menjalani pekerjaannya sebagai tukang
tambal ban di halaman rumahnya. Pak Abdul bekerja mulai dari pukul 06.00 sampai
17.00. Pak Abdul memberi patokan upah sebesar Rp.10.000 setiap satu ban pada
saat menambal ban motor pelangganya. “ya gak tentu,dalam sehari kadang-kadang
dapat 30ribu,” uajarnya kepada kami ketika di tanyai di sela-sela kesibukannya
sebagai tukang tambal ban (29/10).
Walaupun pekerjaannya tidak sebanding dengan upah yang diterimanya
namun Pak Abdul ikhlas menjalani pekerjaannya tersebut. Sedikit demi sedikit
uang yang didapat dari bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah pak Abdul dapat
menitih keberhasilan dari apa yang diharapkannya selama ini. Kesadaran terhadap
pentingnya sebuah perubahan kehidupan untuk anak-anaknya pak abdul banting
tulang untuk mencukupi kebutuhan ketujuh anaknya yang dirasakannya memang
sangat berat. Namun, Laki-laki yang memiliki usia sesenja itu tidak pernah patah semangat. Banyak orang
yang mencibir keinginan kerasnya untuk mengubah nasib anak-anaknya. Namun dengan
penghasilan yang tidak seberapa dari pekerjaannya sebagai tukang tambal ban
itu, Pak Abdul pun masih mampu menyekolahkan anaknya hingga menjadi anak yang sukses.
Begitulah harapan besar pak Abdul kepada
anaknya tersebut agar bisa menjadi orang sukses dan bisa merubah nasib di kehidup
keluarganya.
Pak Abdul yang merupakan sosok yang menginspirasi banyak orang
dengan usianya yang sudah tua dengan kekurangan fisik yang ada dalam dirinya
tak di jadikannya itu sebuah alasan untuk malas dalam menjalani kehidupan yang
begitu diinginkan keindahannya. Sosok yang tidak pernah pantang menyerah dalam
menitih kehidupan yang begitu keras ini, sebuah niat yang tulus ikhlas yang
harus diimbangi dengan usaha yang besar pula agar niat yang kita harapakan
tidak sia-sia. Dalam melihat keadaan yang dapat dikatakan dirasa kurang mampu
ini pak Abdul memiliki harapan yang begitu kuat dalam hatinya yang menekankan
agar suatu saat melihat anak-anaknya tidak bernasib sama dengan dia, disini
dapat kita lihat betapa besarnya sebuah pengorbanan dari seorang bapak kepada
anak-anaknya.
Walaupun usianya yang semakin tahun semakin senja tidaklah menjadi
halangan pak Abdul untuk terus bekerja dengan ikhlas sabar dan tekun dalam
melakukan sesuatu. Walaupun sejatinya tidak berdampak besar untuk kita, selagi
masih dapat untuk berbagi dan saling membantu meringankan beban saudara kita
maka harus melakukannya dengan kekuatan semampu kita. Karena janganlah menghitung
seberapa lama kita hidup di dunia namun lihatlah seberapa banyak kita
bermanfaat untuk prang lain. Kesulitan yang dialami bukan tidak ada. Dibalikan segala kesulitan yang ada,
kesuksesan telah menunggu dari sebuah perjuangan besar yang mampu mewujudkan harapan pak Abdul. Oleh
karena itu, sudah sewajarnya kita senantiasa berusaha, berkorban, dan
memberikan perhatian serta kasih sayang terhadap keluarga sehingga hidup ini
akan terasa lebih indah dan lebih bermakna.
BalasHapusTulisan keren kak,Kami dealer motor area Tulungagung, kediri dan Trenggalek. Lihat lihat motor bisa klik disini
Jual ayam geprek tulungagung
BalasHapus