Jasa Tambangan Mbah Wondo
Oleh:
Fatkuljanah/17304153009
Hidup
adalah perjalanan yang harus dihadapi, tak seorangpun dapat menghindari takdir
Tuhan. Salah satunya adalah Pak Suwondo, laki-laki berusia 88 tahun yang lebih
dikenal dengan nama Mbah Wondo. Ia menjalani hidupnya dengan bekerja sebagai
nahkoda perahu di kali Berantas dengan penuh dengan cinta. Perahu yang mengantarkan
banyak orang menyebrang dari Desa Sumber Pucung ngantru Tulungagung ke Desa Kalibata
untuk beraktifitas . Perahu ini tidaklah besar, penganmannyapun tidak se
lengkap perahu-perahu besar lainnya. Namun demikian perahu ini sangat
bermanfaat bagi masyarakat. Perahnya mampu menampung 11 sampai 13 motor dalam
sekali jalan menyebrang sungai. Untuk menuju perahu, penumpang harus melewati
jalan terjal yang cukup nyaman sejauh
1km. Jalan tidak beraspal dan berukuran
sedang. Pohon bambo yang rimbun membuat suasana jalan sejuk dan tidak panas,
500 meter sebelum perahu ada tebing sawah sedalam 5 sampai 8 meter yang dibatsi
dengan pohon-pohon berukuran sedang.
Kakek
Tua itu terlihat sehat dan bugar, diumurnya yang sudah tidak muda lagi, ia
tetap bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Ia tidak memasang tarif mahal
bagi pelajar dan mahasiswa. Tarif untuk sekali menyebrang hanya Rp 1000,-,
harga yang sangat bersahabat dengan kantong pelajar dan mahasiswa. Sedangkan Rp
2000,- untuk yang lainnya. Semata-mata Kakek tua itu tidak hanya mencari
keutungan tetapi membantu para penumpang dengan memasang tarif yang murah
dibandingkan yang lain.
Kegiatan
sehari-hari Mb Wondo adalah menjadi nahkoda di perahu mininya. Ia adalah bapak
dari 5 orang anak yang semuanya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah
masing-masing. Mbah wondo hanya tinggal berdua dengan Istri tercintanya yang
dinikahi sejak 45 tahun silam. Setiap hari Ny. Wondo mengirim makanan untuk suami
tercintanya. Pekerjaan yang sangat mulia membuat Mbah Wondo harus sarapan dan makan
siang di perahu. Jika hari sudah mulai senja, sekitar jam 4 sore maka perahunya akan di operasikan oleh anak
sulungnya. Jarak rumah Kakek Tua itu sekitar 1km dari Tambangan, istilah
tambangan adalah bahasa sebutan dari masyarakat yang artinya penyebrangan.
Kegigihan
dan motivasi Mbah Wondo dalam bekerja tidak semata-mata untuk mendapatkan uang,
tetapi sebagai seorang manusia yang masih bisa bergerak, sebagai orang tua yang
masih bisa mengerjakan sesuatu. Mbah Wondo bekerja dengan ikhlas tanpa mengharapkan
bantuan darii anak-anaknya. Ia memmilih menekuni pekerjaan ini sejak Presiden
Susilio bambang Yudoyono menjabat sebagai presiden. Sejak saat itu dia memilih
menjadi nahkoda perahu di kalai berantas dan tidak tergantung pada anak-anaknya.
Di
era kehidupan yang semakin menantang, banyak para anak muda jaman sekarang yang
pengangguran. Mbah Wondo yang berusia hampir 100 tahun patut diacungi jempol
dan menjadi inspirasi bagi generasi muda. Bagaiama seorang laki-laki yang sudah
tua mau bekerja keras sedangkan banyak anak muda yang manja hanya tahu dan
menginginkan yang enaknya saja. Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan. Oleh
karenanya kerja keras Kakek Tua ini ia tularkan kepada anak-abak muda maupun
orang yang menjadi penumpangnya.
Jalan
menuju perahu tidaklah mudah, jalannya bergeranjal dan gelap dengan rerimbunan
bamboo, di tepi jalan juga ada tebing sawah sedalam 5 samapai 8 meter. Namun penumpangnya
selalu ramai dan banyak. Kebanyakan dari
penumpang adalah para siwa dan mahasiswa. Mbah Wondo mematok tarif Rp 1000,- untuk
pelajar dan mahasiswa serta Rp 2000,- untuk penumpang selain pelajar dan
mahasiswa.
Perahu
Kakek Tua itu sudah tua, terbuat dari besi dan kayu. Perahu itu adalah perahu
warisan sejak jaman Balanda. Sejak saat itu menjadi warisan turun temurun
hingga samapai pada Mbah Wondo. Perahunya ada tidak ada pembatas kayu yang disladangkan
seperti perahu-perahu lainnya. tetapi disediakan tempat duduk bergubuk
sederhana di tengahnya. Fasilitas itu biasanya difanfaatkan oleh penumpang
untuk duduk menyandarkan bokong dan menikmati keindahan alam sekitar.
Tempat
menyebrang yang murah itu juga banyak memberikan ilmu kehidupan, Mbah Wondo
sering menceritakan pengalaman hidupnya yang sudah lama hidup di dunia ini kepada
para penumpang, ia sangat ramah kepada semua penumpang. Ia juga menceritakan rahasia awet mudanya
serta kesehatannya di usia yang sudah tua ini kepada penumpang. Ia selalu
menjaga komunikasi yang baik dengan sang Istri, laki-laki yang demokrasi, percaya
terhadap Istri tanpa menaruh rasa cemburu sedikitpun. Sehingga kehidupan
keluarganya menjadai aman, damai dan penuh bahagia dan penuh dengan syukur.
Dibandingkan
dengan tempat penyebarangan lainya, perahu milik Pak Wondo sangat jauh lebih
murah. sehingga banyak yang menggunakan jasa ini untuk menyebrang. Kegiatan operasi
perahu berlangsung mulai jam 5 pagi samapai jam 9 malam. Perahu ini juga tetap
beroperasi meskipun hujan, asalkan arus masih bisa bersahabat. meskipun tenaga
dan jiwa yang lelah, perahu ini tetap beroperasi mengingat banyak orang yang
ingin menyebrang dan membutuhkan penyebrangan ini. Kakek Tua itu tidak ingin
mengecewakan para penumpangnya. Ia merasa kasian dan tidak enak hati pada
orang-orang yang ingin menyebrang jika perahunya di tutup.
Saat
di malam hari atau menjelang senja sore, anak sulungnya yang menggantikannya
mengoperasikan perahu. Anak sulungnya sangat ramah meskipun ia tuna wicara. Ketika
penumpang bisa berkomunikasi dengannya, ia sangat bahagia, ia selalu membalas
senyum dan mengacungkan jempol saat sudah sampai di dermaga. Kehidupan memang
tidak bisa ditebak, ia jujur dan bertanggungjawab terhadap penumpang serta
hidup dengan perekonomiannya yang berkecukupan.
Mencari
uang tidaklah mudah, tahun demi tahun semakin banyak manusia yang membutuhan pekerjaaan. Namun juga banyak
anak-anak muda yang pengaguran hidupnya hanya tahu tentang bagaimana menerima
uang tanpa tahu bagaiamana cara mendapatkan uang. Mbah Wondo adalah salah satu
manusia yang memiliki harapan hidup tinggi dan bekerja keras, ia masih bekerja
di usia yang tidak bisa dikatakan muda lagi, ia tidak mau bergantung dengan
orang lain, meskipun sebenarnya ia merupakan orang terkaya di kampungnya, tetapi
sikap ramah dan rendah hatinya tetap membuatnya bekerja keras dengan tetap
menjadi nahkoda di usianya yang sudah tua.
Upaya
manusia untuk memenuhi hidupnya adalah dengan bekerja dan menjalin hubungan
dengan manusia lainnya. Menjadi seorang yang produktif adalah pilihan hidup. Semangat
hidup dengan terus menghasilkan karya dan bermanfaat untuk kehidupan orang lain
merupakan hal yang baik. “urip ki mung
sepisan neng ndonyo, mulo kowe dadi bocah ki ajo sapenak e dewe” tutur Mbah
Wondo saat menasehati anak-anak muda yang menyebrang dengan perahunya.
Kehidupan
Mbah Wondo sesungguhnya tidaklah sulit tetapi ia tidak ingin bergantung dan
menyusahkan orang lain meskipun itu adalah anak-anaknya sendiri. Selama ia
masih bisa merangkak, ia akan tetap bekerja supaya mendapatkan “aji diri”
sebagai orang tua. Kehidupan hanya sekali jika dibuat untuk bersenang-senang
yang uidak beearti dan tidaj pula berkualitas jelas malah justru merugikan diri
sendiri. Urusan dunia yang penuh dengan drama manusia disikapi Mbah Wondo penuh
dengn tanggugjawab dan persiapan.
Kehidupan
di dekat sungai sangat Indah, banyak ikan Nila dan burung-burung cantik banyak
hidup di sekitar tambangan. Biasanya ada saja orang yang mencari ikan di sana. Ikannya
cukup banyak dan besar. Apalagi jika pladu
yakni ketika air dibendungan Karangkates di buka, maka banyak ikan yang pingsan
berhamburan. Di tempat Mbah Wondo akan banyak orang yang mencari ikan, menapkan
ikan dengan mudah karena ikannya sudah tewas. Kegiatan ini selalu ramai dan
dinantikan warga pucung bahakan orang
dari luar desa.
Kakek Tua yang selalu membatu anak kuliahan
dan para pelajar dalam mengemban ilmu, dengan menyebarangkan saat berangkat
serta pulang dengan selamat. Meskipun banjir atau hujan deras sedang melanda. Jika
perahu tetap memungkinkan berlayar dan masih dalam keadaan yang tidak berbahaya
sertan aman maka Mbah Wondo akan tetap mengoperasikan perahunya. Maklum disitulah
tempat yang paling murah serta jarak dan jalan yang efektif dan dibuthkan
banyak pihak.
Perjalanan
menuju ke arah Kali Bata dari Pucung ataupun dari Kalibata menuju Pucung menjadikan jarak tempuh menjadi lebih derkat. Meskipun
jalannya tidak lebar tetapi pejuang hidup banyak menggunakan jasa Mbah Wondo. Proses
penyebrangan juga sangat aman dan nyaman. Pemandangan di kali Brantas juga
sangat bagus. Banyak burung dan ikan yang bisa dinikmati penumpang. Tumbuhan dan
rumput hijau yang menghiasi pinggir kali. Sepanjang aliran kali yang Indah,
bening dan arusnya tenang membuat para penumpang menjadi betah, apalagi
ditambah angin semilir membuat rasa lelah hilang.
Perjalanan
hidup terasa sangat menyenangkan, para mahasiswa dan pelajar menjadi riang. Menikmati
indahnya alam dan gemericik air yang mengalir di kali Berantas, merangsang
kebahagiaan dan memberi semangat meraih masa deapan. Kicauan burung menambah
kekuatan menuju cita-cita serta sedikit ceramah dari Mbah Wondo. Dia juga
menyarankan untuk para mahasiswa memiliki pasangan, supaya belajarntya
benar-benar semangat atau ada moivasi kuat untuk ke kampus. Kehidupan anak-anak
yang masih menerima uang dari orang tua, jangan semena-mena itu saran dai Mbak
Wondo.
Kegiatan
menambaang oleh mbah Wondo dilakukan sudah sejak tahun 2005, menekuni pekerjaan
ini dengan tarif Rp 1000,- hingga saat ini dan baru berlaku Rp 2000,- untuk
selain pelajar dan Mahasiswaa setelah lebaran tahun ini. Kegiatannya mencerminkan
bahwa Jasa Mbah Wondo juga ikut serta dalam mendukung pendididkan Indonesia,
jelas terbukti dengan perbedaan tarif yang dikenakan kepada penumpang pelajar
atau mahasiswa hanya Rp 1000,-. Serta di prioritaskannya mahasiswa dan pelajar
saat sedang mengantri untuk disebrangkan terlebih dahulu. Jika penumpang hanya
sedikit, tetapi penumpangnya adalah pelajar atau mahasiswa, Mbah Wondo tidak
menunggu penumpang penuh tetapi langsung menyebrangkan para pelajar dan
mahasiswa yang jelas mengejar waktu. Di tempat penyebrangan lainnya tarif minimal
adalah 2000 sampai 3000 per motor, bagi kantong pelajar dan mahasiswa tarif di
penyebrangan Mbah Wondo sangat mengurangi biaya transport dan terasa
meringankan. Ini terlebih jika melewati jalan utama, maka jarak tempuh akan
lebih jauh dan mungkin akan terjebak kemacetan. Sehingga tempat penyebrangan
seperti perahu Mbah Wondo sangat membantu masyarakat khususnya di kalanagn pelajar
dan mahasiswa.
Jika
dilihat secara kasat mata, pekerjaan ini sangat mudah dan menjajkan tetapi ada
hal-hal yang menjadi kendala juga dalam merawat perahu. Jika tiba saatnya banjir dan
hujan yang disertai angin maka perahu harus dijaga, karena ditakutkan tenggelam
atau hanyut. Terkadang dermaga yang terbuat dari bambopun dimakan derasnya air
sungai sehingga dermaga tenggelam atau hanyut, rusah dan membutuhkan perbaikan.
Tidak hanya itu, naik turun volume air membuat Mbah Wondo harus menaikkan dan
menurunkan dermaga sesuai dengan tingkat ketinggian air.
BalasHapusTulisan keren kak,Kami dealer motor area Tulungagung, kediri dan Trenggalek. Lihat lihat motor bisa klik disini
Order makanan di tulungagung klik disini
BalasHapus