Selasa, 31 Oktober 2017

Jasa Tambangan Mbah Wondo


Jasa Tambangan Mbah Wondo
Oleh:
Fatkuljanah/17304153009


Hidup adalah perjalanan yang harus dihadapi, tak seorangpun dapat menghindari takdir Tuhan. Salah satunya adalah Pak Suwondo, laki-laki berusia 88 tahun yang lebih dikenal dengan nama Mbah Wondo. Ia menjalani hidupnya dengan bekerja sebagai nahkoda perahu di kali Berantas dengan  penuh dengan cinta. Perahu yang mengantarkan banyak orang menyebrang dari Desa Sumber Pucung ngantru Tulungagung ke Desa Kalibata untuk beraktifitas . Perahu ini tidaklah besar, penganmannyapun tidak se lengkap perahu-perahu besar lainnya. Namun demikian perahu ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Perahnya mampu menampung 11 sampai 13 motor dalam sekali jalan menyebrang sungai. Untuk menuju perahu, penumpang harus melewati jalan terjal yang cukup nyaman  sejauh 1km.  Jalan tidak beraspal dan berukuran sedang. Pohon bambo yang rimbun membuat suasana jalan sejuk dan tidak panas, 500 meter sebelum perahu ada tebing sawah sedalam 5 sampai 8 meter yang dibatsi dengan pohon-pohon berukuran sedang.
Kakek Tua itu terlihat sehat dan bugar, diumurnya yang sudah tidak muda lagi, ia tetap bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Ia tidak memasang tarif mahal bagi pelajar dan mahasiswa. Tarif untuk sekali menyebrang hanya Rp 1000,-, harga yang sangat bersahabat dengan kantong pelajar dan mahasiswa. Sedangkan Rp 2000,- untuk yang lainnya. Semata-mata Kakek tua itu tidak hanya mencari keutungan tetapi membantu para penumpang dengan memasang tarif yang murah dibandingkan yang lain.
Kegiatan sehari-hari Mb Wondo adalah menjadi nahkoda di perahu mininya. Ia adalah bapak dari 5 orang anak yang semuanya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah masing-masing. Mbah wondo hanya tinggal berdua dengan Istri tercintanya yang dinikahi sejak 45 tahun silam. Setiap hari Ny. Wondo mengirim makanan untuk suami tercintanya. Pekerjaan yang sangat mulia membuat Mbah Wondo harus sarapan dan makan siang di perahu. Jika hari sudah mulai senja, sekitar jam 4 sore maka  perahunya akan di operasikan oleh anak sulungnya. Jarak rumah Kakek Tua itu sekitar 1km dari Tambangan, istilah tambangan adalah bahasa sebutan dari masyarakat yang artinya penyebrangan.
Kegigihan dan motivasi Mbah Wondo dalam bekerja tidak semata-mata untuk mendapatkan uang, tetapi sebagai seorang manusia yang masih bisa bergerak, sebagai orang tua yang masih bisa mengerjakan sesuatu. Mbah Wondo bekerja dengan ikhlas tanpa mengharapkan bantuan darii anak-anaknya. Ia memmilih menekuni pekerjaan ini sejak Presiden Susilio bambang Yudoyono menjabat sebagai presiden. Sejak saat itu dia memilih menjadi nahkoda perahu di kalai berantas dan tidak tergantung pada anak-anaknya.
Di era kehidupan yang semakin menantang, banyak para anak muda jaman sekarang yang pengangguran. Mbah Wondo yang berusia hampir 100 tahun patut diacungi jempol dan menjadi inspirasi bagi generasi muda. Bagaiama seorang laki-laki yang sudah tua mau bekerja keras sedangkan banyak anak muda yang manja hanya tahu dan menginginkan yang enaknya saja. Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan. Oleh karenanya kerja keras Kakek Tua ini ia tularkan kepada anak-abak muda maupun orang yang menjadi penumpangnya.
Jalan menuju perahu tidaklah mudah, jalannya bergeranjal dan gelap dengan rerimbunan bamboo, di tepi jalan juga ada tebing sawah sedalam 5 samapai 8 meter. Namun penumpangnya selalu ramai dan banyak.  Kebanyakan dari penumpang adalah para siwa dan mahasiswa. Mbah Wondo mematok tarif Rp 1000,- untuk pelajar dan mahasiswa serta Rp 2000,- untuk penumpang selain pelajar dan mahasiswa.
Perahu Kakek Tua itu sudah tua, terbuat dari besi dan kayu. Perahu itu adalah perahu warisan sejak jaman Balanda. Sejak saat itu menjadi warisan turun temurun hingga samapai pada Mbah Wondo. Perahunya ada  tidak ada pembatas kayu yang disladangkan seperti perahu-perahu lainnya. tetapi disediakan tempat duduk bergubuk sederhana di tengahnya. Fasilitas itu biasanya difanfaatkan oleh penumpang untuk duduk menyandarkan bokong dan menikmati keindahan alam sekitar.   
Tempat menyebrang yang murah itu juga banyak memberikan ilmu kehidupan, Mbah Wondo sering menceritakan pengalaman hidupnya yang sudah lama hidup di dunia ini kepada para penumpang, ia sangat ramah kepada semua penumpang.  Ia juga menceritakan rahasia awet mudanya serta kesehatannya di usia yang sudah tua ini kepada penumpang. Ia selalu menjaga komunikasi yang baik dengan sang Istri, laki-laki yang demokrasi, percaya terhadap Istri tanpa menaruh rasa cemburu sedikitpun. Sehingga kehidupan keluarganya menjadai aman, damai dan penuh bahagia dan penuh dengan syukur.
Dibandingkan dengan tempat penyebarangan lainya, perahu milik Pak Wondo sangat jauh lebih murah. sehingga banyak yang menggunakan jasa ini untuk menyebrang. Kegiatan operasi perahu berlangsung mulai jam 5 pagi samapai jam 9 malam. Perahu ini juga tetap beroperasi meskipun hujan, asalkan arus masih bisa bersahabat. meskipun tenaga dan jiwa yang lelah, perahu ini tetap beroperasi mengingat banyak orang yang ingin menyebrang dan membutuhkan penyebrangan ini. Kakek Tua itu tidak ingin mengecewakan para penumpangnya. Ia merasa kasian dan tidak enak hati pada orang-orang yang ingin menyebrang jika perahunya di tutup.
Saat di malam hari atau menjelang senja sore, anak sulungnya yang menggantikannya mengoperasikan perahu. Anak sulungnya sangat ramah meskipun ia tuna wicara. Ketika penumpang bisa berkomunikasi dengannya, ia sangat bahagia, ia selalu membalas senyum dan mengacungkan jempol saat sudah sampai di dermaga. Kehidupan memang tidak bisa ditebak, ia jujur dan bertanggungjawab terhadap penumpang serta hidup dengan perekonomiannya yang berkecukupan.
Mencari uang tidaklah mudah, tahun demi tahun semakin banyak manusia  yang membutuhan pekerjaaan. Namun juga banyak anak-anak muda yang pengaguran hidupnya hanya tahu tentang bagaimana menerima uang tanpa tahu bagaiamana cara mendapatkan uang. Mbah Wondo adalah salah satu manusia yang memiliki harapan hidup tinggi dan bekerja keras, ia masih bekerja di usia yang tidak bisa dikatakan muda lagi, ia tidak mau bergantung dengan orang lain, meskipun sebenarnya ia merupakan orang terkaya di kampungnya, tetapi sikap ramah dan rendah hatinya tetap membuatnya bekerja keras dengan tetap menjadi nahkoda di usianya yang sudah tua.
Upaya manusia untuk memenuhi hidupnya adalah dengan bekerja dan menjalin hubungan dengan manusia lainnya. Menjadi seorang yang produktif adalah pilihan hidup. Semangat hidup dengan terus menghasilkan karya dan bermanfaat untuk kehidupan orang lain merupakan hal yang baik. “urip ki mung sepisan neng ndonyo, mulo kowe dadi bocah ki ajo sapenak e dewe” tutur Mbah Wondo saat menasehati anak-anak muda yang menyebrang dengan perahunya.
Kehidupan Mbah Wondo sesungguhnya tidaklah sulit tetapi ia tidak ingin bergantung dan menyusahkan orang lain meskipun itu adalah anak-anaknya sendiri. Selama ia masih bisa merangkak, ia akan tetap bekerja supaya mendapatkan “aji diri” sebagai orang tua. Kehidupan hanya sekali jika dibuat untuk bersenang-senang yang uidak beearti dan tidaj pula berkualitas jelas malah justru merugikan diri sendiri. Urusan dunia yang penuh dengan drama manusia disikapi Mbah Wondo penuh dengn tanggugjawab dan persiapan.
Kehidupan di dekat sungai sangat Indah, banyak ikan Nila dan burung-burung cantik banyak hidup di sekitar tambangan. Biasanya ada saja orang yang mencari ikan di sana. Ikannya cukup banyak dan besar. Apalagi jika pladu yakni ketika air dibendungan Karangkates di buka, maka banyak ikan yang pingsan berhamburan. Di tempat Mbah Wondo akan banyak orang yang mencari ikan, menapkan ikan dengan mudah karena ikannya sudah tewas. Kegiatan ini selalu ramai dan dinantikan  warga pucung bahakan orang dari luar desa.
 Kakek Tua yang selalu membatu anak kuliahan dan para pelajar dalam mengemban ilmu, dengan menyebarangkan saat berangkat serta pulang dengan selamat. Meskipun banjir atau hujan deras sedang melanda. Jika perahu tetap memungkinkan berlayar dan masih dalam keadaan yang tidak berbahaya sertan aman maka Mbah Wondo akan tetap mengoperasikan perahunya. Maklum disitulah tempat yang paling murah serta jarak dan jalan yang efektif dan dibuthkan banyak pihak.
Perjalanan menuju ke arah Kali Bata dari Pucung ataupun dari Kalibata menuju Pucung  menjadikan jarak tempuh menjadi lebih derkat. Meskipun jalannya tidak lebar tetapi pejuang hidup banyak menggunakan jasa Mbah Wondo. Proses penyebrangan juga sangat aman dan nyaman. Pemandangan di kali Brantas juga sangat bagus. Banyak burung dan ikan yang bisa dinikmati penumpang. Tumbuhan dan rumput hijau yang menghiasi pinggir kali. Sepanjang aliran kali yang Indah, bening dan arusnya tenang membuat para penumpang menjadi betah, apalagi ditambah angin semilir membuat rasa lelah hilang.
Perjalanan hidup terasa sangat menyenangkan, para mahasiswa dan pelajar menjadi riang. Menikmati indahnya alam dan gemericik air yang mengalir di kali Berantas, merangsang kebahagiaan dan memberi semangat meraih masa deapan. Kicauan burung menambah kekuatan menuju cita-cita serta sedikit ceramah dari Mbah Wondo. Dia juga menyarankan untuk para mahasiswa memiliki pasangan, supaya belajarntya benar-benar semangat atau ada moivasi kuat untuk ke kampus. Kehidupan anak-anak yang masih menerima uang dari orang tua, jangan semena-mena itu saran dai Mbak Wondo.
Kegiatan menambaang oleh mbah Wondo dilakukan sudah sejak tahun 2005, menekuni pekerjaan ini dengan tarif Rp 1000,- hingga saat ini dan baru berlaku Rp 2000,- untuk selain pelajar dan Mahasiswaa setelah lebaran tahun ini. Kegiatannya mencerminkan bahwa Jasa Mbah Wondo juga ikut serta dalam mendukung pendididkan Indonesia, jelas terbukti dengan perbedaan tarif yang dikenakan kepada penumpang pelajar atau mahasiswa hanya Rp 1000,-. Serta di prioritaskannya mahasiswa dan pelajar saat sedang mengantri untuk disebrangkan terlebih dahulu. Jika penumpang hanya sedikit, tetapi penumpangnya adalah pelajar atau mahasiswa, Mbah Wondo tidak menunggu penumpang penuh tetapi langsung menyebrangkan para pelajar dan mahasiswa yang jelas mengejar waktu. Di tempat penyebrangan lainnya tarif minimal adalah 2000 sampai 3000 per motor, bagi kantong pelajar dan mahasiswa tarif di penyebrangan Mbah Wondo sangat mengurangi biaya transport dan terasa meringankan. Ini terlebih jika melewati jalan utama, maka jarak tempuh akan lebih jauh dan mungkin akan terjebak kemacetan. Sehingga tempat penyebrangan seperti perahu Mbah Wondo sangat membantu masyarakat khususnya di kalanagn pelajar dan mahasiswa.
Jika dilihat secara kasat mata, pekerjaan ini sangat mudah dan menjajkan tetapi ada hal-hal yang menjadi kendala juga dalam  merawat perahu. Jika tiba saatnya banjir dan hujan yang disertai angin maka perahu harus dijaga, karena ditakutkan tenggelam atau hanyut. Terkadang dermaga yang terbuat dari bambopun dimakan derasnya air sungai sehingga dermaga tenggelam atau hanyut, rusah dan membutuhkan perbaikan. Tidak hanya itu, naik turun volume air membuat Mbah Wondo harus menaikkan dan menurunkan dermaga sesuai dengan tingkat ketinggian air.

2 komentar: