Senin, 30 Oktober 2017

Di Kalangan Kampung Cilok

Di Kalangan Kampung Cilok
Oleh : Ana Ulfa Listiana

 Cilok Kalangan Ngunut Tulungagung
Melaksanakan kegiatan sehari-hari kadangkali membuat sesorang merasa pada fase kejenuhan. Aktivitas yang menuntut kecepatan waktu, kecepatan berfikir dan lain sebagainya tentu akan berpengaruh terhadap kualitas diri seseorang tersebut. Hal ini tidak hanya berlaku pada mereka yang bekerja, tetapi mereka yang duduk dibangku sekolah juga merasakan kejenuhan yang sama.

Pulang dari kegiatan kampus terkadang menjadi hal yang melelahkan, apalagi ketika segala aktifitas sedang menumpuk dan pengerjaannya sedang dikejar deadline. Situasi seperti ini menjadi sumber datangnya stress, oleh karena itu melakukan sesuatu yang bisa membangkitkan kembali semangat adalah hal yang harus dilakukan untuk mencegah tingkat sterss yang tinggi.

Menghadapi kenyataan seperti itu membuat saya harus menemukan solusi untuk permasalahan tersebut. Seperti mencari suasana baru atau bisa dengan hunting untuk makan makanan favorit. Hal ini dapat dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan energi dalam tubuh, dan mengembalikan semangat beraktivitas.

Tulungagung merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur, beragam jenis makanan khas tersedia. Tinggal memilih apapun dan dimana saja tempat yang menjadi pilihan hati. Namun ada salah satu makanan yang mana ditiap daerah memiliki keunikanya masing-masing.

Makanan ini biasanya dijual oleh penjual kaki lima dengan menggunakan gerobak untuk membawa barang jualanya, mereka terkadang menjajakan makanannya disekolah-sekolah, kampus, keliling kerumah – rumah, bahkan ada yang menjualnya  dirumah atau di warung rumahan.

Makanan ini adalah cilot atau dikenal dengan cilok, yang berbahan dasar dari tepung kanji dan tepung tapioka dan berbentuk bulat-bulat. Biasanya makanan ini diproses dengan cara dikukus, karena makanan ini bersumber dari tepung maka bisa menjadi sumber karbohidrat untuk tubuh. Cilok menjadi makanan sederhana yang memiliki banyak peminat, dan saya adalah salah satu dari yang mengidolakan makanan ini.

Cilok dari tiap daerah ini memiliki variasi yang berbeda – beda dengan bentuk, rasa maupun kombinasi saus yang digunakan. Seperti bentuk cilot di daerah Jombang terdapat cilok daging yang berbentuk bulat dan ukurannya sebesar bola tenis.

Kemudian ada juga baru – baru ini yang sedang hits yaitu Sempol. Bahan yang digunakan sebenarnya sama seperti pembuatan cilok daging pada umumnya, yang berbeda hanya bentuk penyajiannya. Yakni bentuk Sempol dililit dengan tusuk sate dengan ukuran yang panjang. Kemudian sebelum digoreng diaduk dengan adonan telur yang sudah dikocok kemudian tahap terakhir adalah di goreng dengan minyak panas.

Kemudian penggunaan sambal atau sausnya, ada yang menggunakan saus yang siap saji. Yang mana bumbu saus ini bisa dibeli langsung ditoko dekat rumah. Selain itu ada juga yang menggunakan bahan dasar kacang. Bahan ini biasannya dapat meningkatkan rasa gurih dari sambal yang akan dibuat. Cara pembuatannya kacang ini digoreng terlebih dahulu kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bumbu, seperti garam, bawang, dan lain sebagainya.     

Terdapat satu tempat yang mana tempat ini dikatakan sebagai kampung cilok namanya Cilok Kalangan. Letaknya berada sekitar 6 kilometer dari pasar ngunut, yakni di desa Kalangan Ngunut Tulungagung.  Siapapun yang mau datang ke tempat ini tinggal search di Google Maps pasti akan menemukan alamat ini, atau jika tidak mau pusing tempat ini berada dijalur lintas Blitar-Tulunggung kemudian dari lampu merah pasar ngunut belok keselatan.

Sekitar pukul 14.37 beranjak dari kelas kuliah dengan perut yang mulai keroncongan menyegerakan saya ke parkiran. Terngiang-ngiang rasa legit, gurih dan pedasnya cilok membangkitkan rasa untuk segera bergegas mengendarai motor berwarna hitam kuning kemerah-merahan itu. Tidak lupa untuk melindungi kepala dan mencegah tilang polisi helm merah selalu sedia diatas motor.

Perjalanan yang bisa dikatakan dekat menjadi motivasi tersendiri untuk menarik gas lebih kencang. Bersama dengan teman sejawat saya, kami menyusuri jalanan yakni jalur Blitar-Tulungagung. Arah ini merupakan jalan alternatif bagi mereka yang bertempat tinggal dari arah timur (blitar kota), utara (Blitar/Tulungagung dari utara sungai brantas) dan barat (tulungagung kota). Kendaraan lalu lalang saling salip – menyalip untuk sampai tempat tujuan dengan cepat. Tidak hanya mereka berputarnya roda sepeda motor ini seakan ingin melesat lebih cepat.

Sekitar 20 menit desa Kalangan sudah terlihat di depan mata. Ini terlihat ketika melewati tempat pengisian bahan bakar (SPBU) yang berada disisi timur jalan. Dengan sedikit ragu-ragu karena lumayan lupa tempatnya kami memutuskan untuk belok kanan. Yakni sekitar 100 meter dari tempat tersebut terdapat gang barat jalan yang ditandai dengan adanya tembok yang berdiri kokoh disisi kanan kiri.

Memasuki gang tersebut seperti layaknya perumahan warga pada umumnya. kami masih bingung untuk menentukan tempat mana yang akan didatangi. Sekitar 50 meter berkendara terlihat warung dengan label nama di depan rumah yaitu “Cilotan”, tidak jauh dari tempat ini ada lagi warung yang sama tempatnya pun juga sama berada disisi selatan jalan.

Setelah melewati kedua tempat ini tercium aroma yang gurih, dan seperti bebauan makanan yang tengah digoreng. Karena aroma ini semakin terasa akhirnya  menyemangatkan saya untuk segera menghampiri aroma ini berasal. “Baunya enak”, kata saya. Mendengar itu Ayu teman saya segera menjawab “iku lo yang ada motor didepan rumah” kata temanku. 

Nama tempat ini adalah “Cilotan Sor Pelem”, mungkin karena warung ini berada di bawah pohon mangga yang pada saat itu sedang berbuah rimbun. Tempat ini terbagi menjadi 2 ruang yakni bagian teras rumah serta bagian yang ada di bawah pohon mangga yang ditutupi dengan terpal plastik warna biru. Sebagaimana pagar temboknya warna yang digunakan juga sepadan yaitu biru.
Rumah yang berasal dari tembok dengan ditutupi asbes ini terlihat lengang, hanya ada sekitar 8 motor yang terparkir di depan rumah. Serta terdapat sekumpulan muda-mudi di teras rumah yang asyik bercengkrama dan 2 orang wanita lainya yang duduk terpisah dikursi berbahan kayu.

Ruang bagian bawah pohon ini digunakan kursi kayu yang panjang serta meja berbahan kayu juga. disana ada beberapa bapak-bapak yang tengah duduk santai dengan menikmati suasana angin yang sore yang lumayan segar.

Penjual itu terlihat sangat sibuk dengan pekerjaanya, penasaran dengan apa yang dituangkan ke dalam cetakan panas itu membuat tak hentinya saya memandang. Dari kejauhan adonan itu terlihat cair berwarna kuning keputih - putihan namun sedikit ada lendirnya, kemudian menuangkannya satu sendok makan ke tiap lubang cetakan tersebut yang berbentuk bulat kecil - kecil. Aroma yang begitu khas serasa tidak asing lagi bagiku, seperti aroma telur yang digoreng.

Langkah kaki seakan sudah tidak sabar untuk segera menikmati seporsi cilok ini. Namun sebelum itu harus memesan terlebih dahulu, terdapat dua pilihan yang tersedia disini yakni cilok campur atau biasa. Sebenarnya saya juga tidak mengetahui letak perbedaan dari dua pilhan tersebut. Namun aroma gurih yang sedari tadi menyelimuti tempat ini membuat saya tidak berpikir ulang perbedaan isi cilok tersebut. Karena sangat kelaparan saya langsung meminta cilok campur sedangkan teman saya memilih biasa.

Setelah memesan kami beranjak untuk menunggunya di teras rumah, disini digelar tikar yang terbagi menjadi 6 bagian. Tempat teras ini sangat cocok bagi pelanggan yang ingin lebih santai dan bisa sebagai tempat tiduran untuk melepas lelah.

Ditempat ini disediakan pula air putih diteko plastik serta 2 gelas kaca yang diletakkan dinampan ditiap bagian tikar. Minum air ini tidak dipungut biaya sehingga meskipun tidak memesan minuman kalian bisa minum air tersebut. 

Sambil menunggu saya memakan snack yang dijual di tempat ini. Lumayan memakan waktu saat menanti datanganya pesanan, untuk menghilangkan kepenatan saya memutar audio. Meskipun lama menunggu, namun tempat ini terlihat tenang dan tidak terlalu bising. Sehingga sangat  cocok untuk pelanggan – pelanggan yang membutuhkan keheningan dan ketenangan. Udara yang terasa segar pun juga menjadi hal positif ditempat ini.

Karena ruang yang tersedia disini lumayan luas maka jangan datang sendirian, makan bersama keluarga, teman ataupun dengan pasangan pun lebih dianjurkan. Selain itu harga seporsi cilok ini ini pun terjangkau dan ramah dikantong baik itu untuk anak sekolah maupun mahasiswa, yakni berkisar mulai dari Rp. 3000 atau Rp. 5000. Sedangkan untuk minumanya Rp. 2500 untuk pop ice dan lainya berkisar antara Rp. 5000 atau lebih.

Kalaupun kalian datang sendiri kemudian malu untuk makan sendiri. Nah, ini ada solusinya yaitu makanan yang kalian pesan bisa dibungkus. Sehingga jangan khawatir untuk bisa menikmati makanan ini.   

Tempat ini terkenal dengan Kampung Cilok Kalangan karena disini dalam satu lingkungan sekitar 4 warung cilok lebih yang berdiri di desa Kalangan Kecamatan Ngunut ini. selain itu tempat dari satu warung cilok dengan warung lainya tidak jauh, hanya berjarak sekitar 100 sampai 200 meter. Dari tiap warung memiliki keunggulanya masing – masing, Seperti ada yang mempunyai jaringan free wifi, atau fasilitas seperti disediakannya air minum dan lain sebagianya.

Nama yang digunakan pun juga bervariasi mulai dari Cilotan Lumajang, Cilotan Ludoyo maupun Cilotan Sor Pelem seperti yang saya datangi ini. Menurut pelanggan yang pernah mendatangi Kampung Cilok ini mengatakan beberapa tempat yang menjadi favoritnya. Seperti Salis yang mengungkapkan bahwa ada salah satu tempat yang menjadi favoritnya yaitu warung cilok Lumajang, yang mana tempat ini berada di sisi paling timur. Atau warung yang ada di sebelah selatan jalan  setelah pintu masuk gang ini. Selain itu teman saya mengatakan hal berbeda, sebagai salah satu pelanggan menurut dia tempat yang menjadi favorit para pelancong cilok adalah warung Cilotan Sor Pelem. “disini iku banyak yang mengatakan paling enak ciloknya”. Kata ayu pelanggan setia warung ini.

Salah satu pegawai di warung ini seolah mendatangi kami tetapi bukanya membawa pesanan, namun masuk dalam rumah. Kemudian keluar membawa cilok kukus yang diletakkan dalam bakul plastik warna hijau yang berukuran jumbo.   

Detik jam terus melaksanakan tugasnya dalam menunjukkan waktu. Sekelompok muda – mudi yang sedari tadi menikmati perkumpulannya kini beranjak pergi meninggalkan tempatnya. Semakin sore perlahan para pelanggan silih berganti untuk berdatangan, untuk ikut serta menikmati makanan di Kampung Cilok ini.

Menunggu sambil tidur – tiduran menjadi salah satu alternatif sambil menunggu pesanan datang. Tikar berwarna hitam dengan percampuran merah menjadi alas kami di warung ini. Bersamaan dengan itu seorang wanita dengan rambut dikuncit belakang dan memakai kaos bergaris putih hitam berjalan pelan dengan membawa piring ditangannya. Penantian akhirnya terbayar ketika piring bening diletakkan di atas tikar yang mulai rusak ini.

Lalat pun beterbangan disekitar seolah mengetahui pesanan kami sudah datang dan siap untuk dinikmati. Dengan menggunakan piring bening menjadi nilai estetika tersendiri serta ukuran piring yang tidak terlalu besar yakni ukuran sedang memperlihatkan akan isi cilok tersebut yang sesuai dengan porsinya.

Aroma kacang tercium saat piring ini berpindah tangan, aroma gurih, legit, dan sedikit aroma pedas yang sedari tadi menggoda kini telah di depan mata. Melihat pertama kali adalah letak perbedaan antara yang campur dan biasa. Makanan ini terlihat sama yakni sama – sama dilengkapi dengan kerupuk berjumlah 4 buah, kemudian dibawah kerupuk terlihat saus kacang yang dipadu dengan kecap kemudian diberi sedikit saus diatasnya yang melumuri cilok hangat tersebut.

Setelah diaduk menggunakan tusuk makanan berwarna merah ini terlihat bentuk dan penyajian yang berbeda dengan cilok – cilok biasanya. Kalau cilok biasanya berupa cilok daging maka ditempat ini dijual cilok telur. Penyajiannya pun juga berbeda jika biasanya dicampur dengan kuah daging, yang ini hanya dicampur dengan saus kacang yang pedas.

Proses pembuatannya kira – kira dilakukan dengan mencampur adonan telur yang sudah dikocok dan diberi sedikit bumbu seperti garam dengan cilok yang sudah dikukus tadi. Kemudian digoreng dengan bantuan cetakan bulat – bulat kecil, sehingga bentuk yang dihasilkan pun akan terlihat sama dan rata.

Perbedaan dari cilok campur dengan biasa bisa dilihat dari jenis cilok yang disajikan yaitu yang campur berisikan cilok telur dengan cilok tanpa telur, sedangkan cilok biasa yakni berisi cilok telur saja. Untuk rasa tidak ada perbedaan, tetapi supaya dapat menikmatinya maka bisa memesan  pop ice yang disediakan disini. Dengan cilok yang sedikit panas dan pedas maka pop ice ini bisa menangkal efek yang ditimbulkan oleh makanan ini.

Karena berbeda dengan cilok lainya maka makanan cilok ini mengandung gizi karbohidrat dan protein yang tinggi. Karbohidrat didapatkan dari tepung yang digunakan  seperti penggunaan tepung kanji, tepung tapioka, tepung terigu dalam pembuatan cilok. Yang mana semua bahan tersebut merupakan bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan bisa menjadi sumber pangan kedua dan dapat dijadikan sebagai pengganti nasi. Sedangkan kandungan protein didapatkan dari telur ayam serta kacang dalam pembuatan saus tersebut.     

Sekali mencoba cilok ini yang paling dominan adalah rasa dari cilok ini lebih kenyal, rasa gurih yang didapat dari penggunaan kacang yang dihaluskan dan dicampur dengan bahan lainnya serta rasa telur yang sedikit asin. Kemudian rasa cabe yang tidak terlalu pedas dan terasa pas dilidah. Kemudian kerupuk yang digunakan merupakan kerupuk udang yang biasanya digunakan pada makanan gado – gado.   

Rasa yang tidak terlalu pedas ini sangat cocok untuk pelanggan yang memang kurang menyukai pedas. Namun jangan khawatir karena bagi pecinta pedas bisa minta langsung tingkat pedas yang diinginkan saat memesan.

Warung cilok ini buka dari jam 09.00 pagi sampai pukul 24.00 malam. Jadi untuk siapapun yang ingin mengunjungi tempat ini maka bisa datang siang, sore atau malam. Perut sudah terisi dan makan makanan favorit sudah terlaksana, sedangkan jam dinding sudah menunjukkan pukul 16.30 saatnya beranjak dari tempat ini dan kembali pada aktivitas selanjutnya. Yakni memenuhi tugas dan tanggung jawab sebagai seorang siswa.

*SEMOGA BERMAFAAT*



2 komentar: