SLAMET RIANTO: MENGAYUH SEPEDA UNTUK MENJUAL
ROTI GORENG
Oleh : Anis Mufarida
*Pak Slamet Rianto (52), ketika beristirahat di
persimpangan pasar senggol, 27 Oktober 2017. Semangat menjajakan roti goreng
dengan sepeda kayuhnya.
Di pagi subuh yang
dingin, dimana semua orang yang masih bersiap melakukan aktivitasnya bahkan ada
yang masih beristirahat, namun tidak membuat semangat seorang bapak yang ingin
menyambung hidup dengan berjualan roti goreng demi kehidupan dan nafkah
sehari-hari , bapak Slamet Rianto atau pak Slamet, biasa dipanggil atau disapa
oleh pelanggan dan pembelinya, sekitar 5 tahun lalu ia mulai berjualan roti
goreng yakni sekitar tahun 2013. Dengan bermodalkan sepeda usang sedang dan grobak
kaca yang banyak selotip di pinggir- pinggirnya ia mengayuh sepedanya
menjajakan roti gorengnya dengan semangat.
Senyum
ramah dan wajah riang selalu di perlihatkan kepada semua orang, walau sangan
terlihat jelas diantara wajah tuanya tersimpan sebuah kelelahan. Namun tak
pernah dia meminta belas kasihan kepada orang lain. Hari-harinya dia jalani
dengan penuh semangat, tak pernah dia mengeluh apalagi berputus asa. Dia selalu
menjalankan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, meskipun banyak orang
mengatakan pekerjaan itu kurang begitu menjanjikan.
Namun baginya apapun pekerjaannya, harus selalu dijalankan dengan sebaik
mungkin, karena apa yang dia lakukan demi keluarganya, demi anaknya agar
memiliki kehidupan yang lebiah baik darinya, keinginan dari pak Slamet.
Pak
Slamet Rianto adalah seorang bapak berumur 52 tahun yang mempunyai 2 orang anak,
anak pertamanya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Akhir (SMA) kelas 3, dan
anak keduanya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 1, sang
istri hanyalah ibu rumah tangga yang hanya mengurus dan melakukan pekerjaan
rumah. “di dilok teko kerjo jual roti
goreng iso ngukupi kebutuhan,yaa..cukup makan dan sangu anak kalo dagang roti
mbk, nyekolahne anak duwur, yoh ora cukup jane mbak (heheh...tawa pak slamet) .
Nunggu bantuan pemerintah mbak, biasiswa gae anak, sembako gae ibuke masak”
tutur pak slamet di tengah istirahatnya.
Dengan
topi merah dan sepedah kayuh sedang pak Slamet menceritakan bagaimana
rutinitasnya setiap hari. Ketika saya bertanya mengenai pembuatan roti goreng
ternyata roti goreng yang di jajakan oleh pak Slamet bukanlah hasih masakannya,
dia mengambil roti goreng tersebuat dari seorang yang memproduksi roti goreng.
Dari pukul 03.00 pagi roti telah selesai dimasak tutur pak Slamet. Pukul 04.00
subuh pak Slamet mengambil dari pembuat roti goreng dan langsung bergegas untuk
menjajakanya. Roti goreng yang ia jajakan hanya seharga 500 rupiah perrotinya.
Ketika
saya bertemu dengan pak Slamet, ia tengah beristirahat di pinggir jalan
persimbangan pasar senggol. Roti goreng yang dijajakan pun telah habis, ketika
itu sekitar pukul 06.46. “alhamdulillah
mbk roti gorengnya habis” di antara wajah yang mulai berkeriput karena dimakan
usia, pak slamet menjawabnya dengan kelegaan dan kebahagiaan. Rumah saya ringin
pitu mbak, biasanya saya juga
menjajakan sampek ploso kandang di dekat kampus, ceritanya pada saya. Sebelum menjadi penjual roti goreng ia dulu
merantau, bekerja menjadi kuli bangunan dalam kerja borongan di kota, namun
terjadi sebuah kecelakan yang mengakibatkan lutut pak Slamet terluka, karena
kurangnya biasa sehingga sampai saat ini kaki pak Slamet menjadi kurang normal
dalam menjalankan aktivitasnya, ketika mengalami kejadian tersebuat sekitas
satu pekan ia menjadi menganguran.
Selain
menjajakan roti goreng pak Slamet juga beternak kambing untuk mengisi waktunya
setelah pulang berjualan roti gorengnya “ngaret
mbak, enggak enek pekerjaan lain yaa golek rumput gae weduse (kambing)”
cerita pak Slamet. Jadi selain uang hasil berdagang roti goreng yang tidak
seberapa yang harus di baginya untuk mencukupi kebutuhan sehati- hari juag
untuk modal dagangan esok harinya pak Slamet juag mengembala kambing untuk
mengisi waktu senggangnya juga ketika kambingnya telah siap untuk di jual maka
akan dijualnya untuk menambahan modal dan tabungan anak sekolah agar dapat
meneruskan ke jenjang- jenjang yang lebih tingga, supaya dapat menaikkan
derajat orang tuanya kelah. Saya itu merasa bangga kepada keluarga saya, anak-
anak, dan istri saya. Mereka tidak pernah mengeluh ataupun malu dengan apa yang
saya kerjakan atau tentang pekerjaan saya, bahkan mereka merasa senang, bangga
katanya selalu menjadi penyemangat say keti saya lelah, yah.. mungkin itu lah
harga yang paling berharga di masa tua saya ini. Yang saya minta semoga selalu
sehat agar bisa terus mencari nafkah dan membahagiakan keluarga saya saja,
anak- anak saya tumbuh dengan baik, bahagia dan merasa kecupan saja saya senang
sekali. tutur pak Slamet yang setiap akhir katanya di tambahkan kata “mbak”
Dengan
baju coklat sedikit kebesaran yang membungkus badan kurusnya dan celana bahan
levis yang sobek sana sini juga sedikit kotor pak Slamet memberikan senyuman
ramahnya dan sedikit pesan untuk saya dan teman saya yang saat itu tengah
berburu makanan di pasar senggol. “ sekolah
yang bener mbak, ben enggak koyok pak Slamet jualan roti goreng. Sekolah sing
duwur,golek kerjo sing halal trus dilakoni sing telaten iklas Ingsyaallah
barokah mbak”pesan pak Slamet pada saya.
kesuksesan
dan niatan yang sangat bulat serta keinginan yang sangat besar dapat membawa
kita dan membangun kita dalam melakukan kegiatan dan serta menjadi penyemangat
dalam melakukan sesuatu, jika kita ingin merasakan sukses kita harus bisa
berjuang dan melakukan pekerjaan dengan tulus dan ikhlas, serta pantang
menyerah karena menyerah hanya akan membuat semangat kita padam , serta dapat
membawa kita kepada rasa keputusasaan yang akan membuat kita rugi dalam
menjalankan hidup di dunia ini. seorang bapak mengayuh sepedahnya demi
menjajakan roti goreng dan kini sukses
membahagiakan anak-anak-anaknya kini menjadi bukti bahwa tidak ada yang tidak
mungkin dalam hidup ini , kepuasan dalam
merasakannya juga jangan terlalu terlarut karna kepuasan hanya akan membuat
kita menjadi tertinggal dengan apa yang bisa kita dapatkan lebih, namun jangan
terlalu memaksakan keadaan jika memang sudah cukup barulah merasa puas.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita harus mengerti dan memahami artinya kehidupan , agar
nantinya kita bisa menjadi seseorang yang berguna dalam masyarakat dan bangsa.
Bahkan banyak di antara mereka lebih memilih merantau demi kehidupan yang lebih
baik dan lebih layak bukan lah hal yang salah karena terkadang kita harus bisa
merubah sesuatu dengan melakukan hal yang harus di korbankan. Sukses adalah
hasil yang kita dapatkan jika kita melakukan semua dengan tulus , dan teliti.
Pendidikan juga sangat menjadi faktor penting dalam menjalankan kehidupan
sehari, dan tentunya untuk karir yang akan di tempuh dan dijalani.
Pelajaran
yang kita dapat dari pengalaman pak Slamet sangat berharga dan patut kita
lakukan, karena di dalam hidupnya tidak ada kata putus asa dan mudah menyerah ,
terus lah berjuang sampe kita bisa mendapatkan hasil yang benar-benar
memuaskan, dan janganlah merasa gagal dan malas karena hanya akan membuat hidup
kita makin terpuruk nantinya, di dalam hidup semangat sangat penting dalam
melakukan semua kegiatan , agar nantinya kita bisa dengan senang dan lapang
dada kita bisa melakukan hal kegiatan yang positif dalam hidup ini agar bisa
berubah menjadi yang lebih baik lagi nantinya, dan juga bersabarlah dalam
menjalankan sesuatu karena kita tidak tau apa yang akan kita dapatkan nanti
jika kita bisa bersabar dan menjalaninya tanpa terburu-buru , karena tidak ada
sesuatu yang terjadi secara instan.
Dari
perjumpaan saya dengan pak Slamet Rianto saya sendiri sebagai penulis merasakan
bagaimana pengorbanan seorang ayah, bapak yang berusaha untuk membahagiakan
dengan mencukupi segala kebutuhan keluargnya. Dimanapun dan bagaimanpun keadaan
keluarga kita, kita harus tetap menghormatinya dan menghargai sekecil apapun
itu. Semoga dari apa yang saya sampaikan di dalam tulisan saya tentang
bagaimana perjuangan seorang pak Slamet Rianto penjual roti goreng yang
mengayuh sepedanya dengan kaki yang cedera namun penuh dengan semangat,
keikhlasan dan pantang menyerah dalam menjalaninya. Terimakasih ‘_’