Senin, 04 Desember 2017

SLAMET RIANTO: MENGAYUH SEPEDA UNTUK MENJUAL ROTI GORENG

SLAMET RIANTO: MENGAYUH SEPEDA UNTUK MENJUAL ROTI GORENG
Oleh : Anis Mufarida











*Pak Slamet Rianto (52), ketika beristirahat di persimpangan pasar senggol, 27 Oktober 2017. Semangat menjajakan roti goreng dengan sepeda kayuhnya.


Di pagi subuh yang dingin, dimana semua orang yang masih bersiap melakukan aktivitasnya bahkan ada yang masih beristirahat, namun tidak membuat semangat seorang bapak yang ingin menyambung hidup dengan berjualan roti goreng demi kehidupan dan nafkah sehari-hari , bapak Slamet Rianto atau pak Slamet, biasa dipanggil atau disapa oleh pelanggan dan pembelinya, sekitar 5 tahun lalu ia mulai berjualan roti goreng yakni sekitar tahun 2013. Dengan bermodalkan sepeda usang sedang dan grobak kaca yang banyak selotip di pinggir- pinggirnya ia mengayuh sepedanya menjajakan roti gorengnya dengan semangat.
Senyum ramah dan wajah riang selalu di perlihatkan kepada semua orang, walau sangan terlihat jelas diantara wajah tuanya tersimpan sebuah kelelahan. Namun tak pernah dia meminta belas kasihan kepada orang lain. Hari-harinya dia jalani dengan penuh semangat, tak pernah dia mengeluh apalagi berputus asa. Dia selalu menjalankan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, meskipun banyak orang mengatakan pekerjaan itu kurang  begitu menjanjikan. Namun baginya apapun pekerjaannya, harus selalu dijalankan dengan sebaik mungkin, karena apa yang dia lakukan demi keluarganya, demi anaknya agar memiliki kehidupan yang lebiah baik darinya, keinginan dari pak Slamet.
Pak Slamet Rianto adalah seorang  bapak  berumur 52 tahun yang mempunyai 2 orang anak, anak pertamanya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Akhir (SMA) kelas 3, dan anak keduanya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 1, sang istri hanyalah ibu rumah tangga yang hanya mengurus dan melakukan pekerjaan rumah. “di dilok teko kerjo jual roti goreng iso ngukupi kebutuhan,yaa..cukup makan dan sangu anak kalo dagang roti mbk, nyekolahne anak duwur, yoh ora cukup jane mbak (heheh...tawa pak slamet) . Nunggu bantuan pemerintah mbak, biasiswa gae anak, sembako gae ibuke masak” tutur pak slamet di tengah istirahatnya.
Dengan topi merah dan sepedah kayuh sedang pak Slamet menceritakan bagaimana rutinitasnya setiap hari. Ketika saya bertanya mengenai pembuatan roti goreng ternyata roti goreng yang di jajakan oleh pak Slamet bukanlah hasih masakannya, dia mengambil roti goreng tersebuat dari seorang yang memproduksi roti goreng. Dari pukul 03.00 pagi roti telah selesai dimasak tutur pak Slamet. Pukul 04.00 subuh pak Slamet mengambil dari pembuat roti goreng dan langsung bergegas untuk menjajakanya. Roti goreng yang ia jajakan hanya seharga 500 rupiah perrotinya.
Ketika saya bertemu dengan pak Slamet, ia tengah beristirahat di pinggir jalan persimbangan pasar senggol. Roti goreng yang dijajakan pun telah habis, ketika itu sekitar pukul 06.46. “alhamdulillah mbk roti gorengnya habis” di antara wajah yang mulai berkeriput karena dimakan usia, pak slamet menjawabnya dengan kelegaan dan kebahagiaan. Rumah saya ringin pitu mbak, biasanya saya juga menjajakan sampek ploso kandang di dekat kampus, ceritanya pada saya.  Sebelum menjadi penjual roti goreng ia dulu merantau, bekerja menjadi kuli bangunan dalam kerja borongan di kota, namun terjadi sebuah kecelakan yang mengakibatkan lutut pak Slamet terluka, karena kurangnya biasa sehingga sampai saat ini kaki pak Slamet menjadi kurang normal dalam menjalankan aktivitasnya, ketika mengalami kejadian tersebuat sekitas satu pekan ia menjadi menganguran.
Selain menjajakan roti goreng pak Slamet juga beternak kambing untuk mengisi waktunya setelah pulang berjualan roti gorengnya “ngaret mbak, enggak enek pekerjaan lain yaa golek rumput gae weduse (kambing)” cerita pak Slamet. Jadi selain uang hasil berdagang roti goreng yang tidak seberapa yang harus di baginya untuk mencukupi kebutuhan sehati- hari juag untuk modal dagangan esok harinya pak Slamet juag mengembala kambing untuk mengisi waktu senggangnya juga ketika kambingnya telah siap untuk di jual maka akan dijualnya untuk menambahan modal dan tabungan anak sekolah agar dapat meneruskan ke jenjang- jenjang yang lebih tingga, supaya dapat menaikkan derajat orang tuanya kelah. Saya itu merasa bangga kepada keluarga saya, anak- anak, dan istri saya. Mereka tidak pernah mengeluh ataupun malu dengan apa yang saya kerjakan atau tentang pekerjaan saya, bahkan mereka merasa senang, bangga katanya selalu menjadi penyemangat say keti saya lelah, yah.. mungkin itu lah harga yang paling berharga di masa tua saya ini. Yang saya minta semoga selalu sehat agar bisa terus mencari nafkah dan membahagiakan keluarga saya saja, anak- anak saya tumbuh dengan baik, bahagia dan merasa kecupan saja saya senang sekali. tutur pak Slamet yang setiap akhir katanya di tambahkan kata “mbak
Dengan baju coklat sedikit kebesaran yang membungkus badan kurusnya dan celana bahan levis yang sobek sana sini juga sedikit kotor pak Slamet memberikan senyuman ramahnya dan sedikit pesan untuk saya dan teman saya yang saat itu tengah berburu makanan di pasar senggol. “ sekolah yang bener mbak, ben enggak koyok pak Slamet jualan roti goreng. Sekolah sing duwur,golek kerjo sing halal trus dilakoni sing telaten iklas Ingsyaallah barokah mbak”pesan pak Slamet pada saya.
kesuksesan dan niatan yang sangat bulat serta keinginan yang sangat besar dapat membawa kita dan membangun kita dalam melakukan kegiatan dan serta menjadi penyemangat dalam melakukan sesuatu, jika kita ingin merasakan sukses kita harus bisa berjuang dan melakukan pekerjaan dengan tulus dan ikhlas, serta pantang menyerah karena menyerah hanya akan membuat semangat kita padam , serta dapat membawa kita kepada rasa keputusasaan yang akan membuat kita rugi dalam menjalankan hidup di dunia ini. seorang bapak mengayuh sepedahnya demi menjajakan  roti goreng dan kini sukses membahagiakan anak-anak-anaknya kini menjadi bukti bahwa tidak ada yang tidak mungkin  dalam hidup ini , kepuasan dalam merasakannya juga jangan terlalu terlarut karna kepuasan hanya akan membuat kita menjadi tertinggal dengan apa yang bisa kita dapatkan lebih, namun jangan terlalu memaksakan keadaan jika memang sudah cukup barulah merasa puas.
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengerti dan memahami artinya kehidupan , agar nantinya kita bisa menjadi seseorang yang berguna dalam masyarakat dan bangsa. Bahkan banyak di antara mereka lebih memilih merantau demi kehidupan yang lebih baik dan lebih layak bukan lah hal yang salah karena terkadang kita harus bisa merubah sesuatu dengan melakukan hal yang harus di korbankan. Sukses adalah hasil yang kita dapatkan jika kita melakukan semua dengan tulus , dan teliti. Pendidikan juga sangat menjadi faktor penting dalam menjalankan kehidupan sehari, dan tentunya untuk karir yang akan di tempuh dan dijalani.
Pelajaran yang kita dapat dari pengalaman pak Slamet sangat berharga dan patut kita lakukan, karena di dalam hidupnya tidak ada kata putus asa dan mudah menyerah , terus lah berjuang sampe kita bisa mendapatkan hasil yang benar-benar memuaskan, dan janganlah merasa gagal dan malas karena hanya akan membuat hidup kita makin terpuruk nantinya, di dalam hidup semangat sangat penting dalam melakukan semua kegiatan , agar nantinya kita bisa dengan senang dan lapang dada kita bisa melakukan hal kegiatan yang positif dalam hidup ini agar bisa berubah menjadi yang lebih baik lagi nantinya, dan juga bersabarlah dalam menjalankan sesuatu karena kita tidak tau apa yang akan kita dapatkan nanti jika kita bisa bersabar dan menjalaninya tanpa terburu-buru , karena tidak ada sesuatu yang terjadi secara instan.
Dari perjumpaan saya dengan pak Slamet Rianto saya sendiri sebagai penulis merasakan bagaimana pengorbanan seorang ayah, bapak yang berusaha untuk membahagiakan dengan mencukupi segala kebutuhan keluargnya. Dimanapun dan bagaimanpun keadaan keluarga kita, kita harus tetap menghormatinya dan menghargai sekecil apapun itu. Semoga dari apa yang saya sampaikan di dalam tulisan saya tentang bagaimana perjuangan seorang pak Slamet Rianto penjual roti goreng yang mengayuh sepedanya dengan kaki yang cedera namun penuh dengan semangat, keikhlasan dan pantang menyerah dalam menjalaninya. Terimakasih ‘_’





4 komentar: